[Update] Virus Corona Varian Delta, Peneliti: Ada yang Divaksin Alami Radang Otot Jantung Ringan

27 Juni 2021, 00:29 WIB
Ilustrasi pandemi global virus corona (Covid-19). /- Foto: Pixabay

PORTAL LEBAK - Masyarakat alangkah lebih baik mengetahui perkembangan terkini tentang perilaku virus corona varian Delta yang berasal dari India.

Pasalnya, virus corona varian Delta telah dinyatakan Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai virus yang menyebar sangat cepat dan akan berdampak global.

Seperti PortalLebak.com rangkum dari Reuters, berikut ini merupakan beberapa studi ilmiah terbaru tentang virus corona varian Delta.

Baca Juga: Innalillahi, Abah Ono Kasepuhan Adat Guradog Meninggal Dunia

Para peneliti juga mengungkap upaya untuk menemukan pengobatan dan vaksin untuk Covid-19, yang disebabkan oleh virus varian Delta itu.

Kasus peradangan otot jantung yang dikenal sebagai miokarditis telah dilaporkan, menjangkiti beberapa orang setelah menerima suntikan vaksin Covid-19.

Para penderita miokarditis, sebagian besar merupakan pria muda dan setelah mendapat vaksinasi dosis kedua dari vaksin mRNA.

Baca Juga: Kabar Gembira, Indonesia Jadi Juara Turnamen Panahan Berkuda di Turki

Gejala miokarditis muncul, seperti nyeri dada dan detak jantung yang cepat atau tidak teratur.

Meski terjadi setelah vaksinasi, biasanya mereka sembuh dengan cepat, menurut laporan dari sebuah penelitian kecil yang diterbitkan dalam jurnal Circulation.

Dokter melacak tujuh pasien pria, berusia 19 hingga 39 tahun, yang dirawat di rumah sakit karena penyakit mirip miokarditis tidak lama setelah menerima vaksin Covid-19.

Baca Juga: Simon Tabuni Putera Papua Lulusan London, Sosok Inspiratif Bangun Bangsa, Ini Kegiatannya!

Mereka mereriman dosis vaksin yang diproduksi oleh Pfizer dan BioNTech, Moderna - dua vaksin mRNA - atau Johnson and Johnson.

"Semua pulih dan meninggalkan rumah sakit setelah dua hingga empat hari perawatan," tulis Dr. Christopher deFilippi dari Studi Inova Heart and Vascular Institute di Fairfax, Virginia, Amerika Serikat.

Christopher mencatat dalam sistem kesehatannya, yang mewakili sekitar 2 juta pasien, miokarditis setelah vaksinasi Covid-19 merupakan 'peristiwa langka' dan 'untungnya sejauh ini gejalanya tercatat ringan.'

Baca Juga: Pemerintah Tambah Pasokan Oksigen Medis untuk Pasien Covid-19 di Rumah Sakit

Seperti data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit A.S. pekan ini yang mengungkapkan laporan kondisi jantung terjadi pada tingkat 12,6 kasus per juta orang yang menerima vaksin Pfizer/BioNTech atau Moderna.

Tingkat yang alami miokarditis lebih tinggi daripada yang diperkirakan pada populasi umum.

Namun, tim deFilippi tetap menyarankan bahwa mengingat bahaya Covid-19, bahkan untuk orang dewasa yang lebih muda, 'Daripada memikirkan risiko-manfaat vaksinasi tetap lebih baik."
Sumber: https://bit.ly/35NyLRv

Baca Juga: Penerbangan ke Hongkong Ditutup, Kemenhub Nilai Setiap Negara Berhak Melarang Penerbangan ke Negaranya

Sementara itu, penelitian medis lainnya mengungkap perilaku virus corona varian Delta, yang patut masyarakat umum ketahui.

Dibandingkan dengan lonjakan protein pada versi virus corona sebelumnya, lonjakan varian Delta lebih mengkhawatirkan karena mampu menembus sel paru-paru dan menyebarkannya.

"Penyebaran melalui fusi sel ke sel memungkinkan virus menyebar lebih cepat pada orang yang terinfeksi dan sebagian bersembunyi dari sistem kekebalan tubuh," ungkap Markus Hoffman dari Georg-August-University Göttingen, di Jerman.

Baca Juga: Dinda Hauw Panik, Anaknya Arshaka Demam Tinggi Karena ASI Sedikit

Hasil laporan penelitian kedokteran ini, telah diposting pada Rabu 23 Juni 2021, di bioRxiv. yang merupakan jurnal tinjauan sejawat di bidang kesehatan.

"Misalnya, jika sel yang terinfeksi oleh varian Delta dipaksa (oleh protein yang melonjak) sehingga menyatu dengan sel di sebelahnya yang belum terinfeksi, ini memungkinkan virus untuk masuk ke sel baru lebih cepat," papar Hoffman.

"Varian ini lebih cepat menginveksi, daripada virus partikel pertama yang harus dilepaskan dari sel yang terinfeksi sebelumnya," jelasnya.

Baca Juga: Edukasi Maritim Hero Ajak Para Anak Remaja Ini Bersihkan Hutan Mangrove dari Sampah Plastik di Bahowo Manado

Hoffman menilai, dengan menyebar melalui fusi sel-ke-sel, virus mengurangi risiko menghadapi sel-sel sistem kekebalan yang mungkin menyerang dan menonaktifkannya.

'Keterampilan' ini mungkin membuat varian Delta - yang pertama kali diidentifikasi di India dan sekarang beredar luas di banyak negara - lebih mudah menular, dan penyakit yang dihasilkan lebih parah, kata para peneliti.

Para peneliti juga menemukan bahwa meskipun varian Delta dapat menghindari antibodi, itu tidak sepenuhnya resisten.

Baca Juga: Euro 2020: Prediksi Belanda vs Ceko, Tim Oranye Diunggulkan Meski Republik Ceko Dedengkot Lama

"Mungkin saja varian Delta dapat menginfeksi orang yang divaksinasi (terutama jika hanya satu dari dua suntikan vaksin yang diberikan sejauh ini), tetapi vaksinasi sangat efektif dalam mencegah penyakit yang lebih parah," pungkas Hoffman.***

Editor: Dwi Christianto

Tags

Terkini

Terpopuler