Buntut Pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani, China Sebut AS Telah Lakukan Kejahatan Perang

7 Januari 2022, 16:45 WIB
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin /Anadolu Agency/

PORTAL LEBAK - Pada 3 Januari 2020 operasi militer tentara Amerika Serikat dengan drone menewaskan Komandan Pasukan Quds Iran berpangkat mayor, yaitu Jenderal Qasem Soleimani, di Kota Baghdad, Irak.

Peristiwa ini pun membuat Pemerintah China buka suara. China mengecam pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani tersebut, dan menyebutnya sebagai kejahatan perang lain yang dilakukan AS.

Yang berbicara mewakili pemerintah China dalam hal tersebut adalah juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin dalam jumpa pers.

Baca Juga: Arkeolog Temukan Tablet Tanah Liat Dari Peradaban Elam di Situs Terkenal di Kota Burnt

"Contoh lain bagaimana AS secara tidak sengaja merusak norma-norma yang mengatur hubungan internasional berdasarkan Piagam PBB," kata Wang Wenbin, seperti dikutip PortalLebak.com dari Tehran Times, 7 Desember 2022.

Ditambahkan Wenbin, AS dianggap sudah menyalahi kekuatan militer yang dimiliki dengan melakukan pembunuhan bertarget kepada pemimpin militer negara berdaulat.

"Kejahatan perang yang dilakukan AS dengan penyalahgunaan kekuatan. Melakukan pembunuhan yang ditargetkan terhadap pemimpin militer negara berdaulat melalui cara teroris yang melanggar hukum internasional, dan juga membunuh ratusan ribu warga sipil tak berdosa di seluruh dunia," tambahnya.

Baca Juga: Spiderman Juga Ikut Divaksin Ramaikan Vaksinasi Anak di Banjar

Juru bicara melanjutkan bahwa AS telah membuat kesalahan yang sama berulang-kali, dan menutup kesalahan dengan kalimat mantra 'menjunjung tinggi tatanan internasional berbasis aturan'.

"Menjunjung tinggi tatanan internasional berbasis aturan, telah terbukti berkali-kali bahwa Washington hanya peduli pada aturan yang memenuhi kebutuhannya dan melayani kepentingannya," tegasnya.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China mencatat bahwa AS berusaha untuk mengkonsolidasikan hegemoninya dan mengesampingkan komunitas internasional.

Baca Juga: Omicron Dominasi Prancis Setelah Natal, Diprediksi Bakal Tembus 100 Ribu Kasus Per Hari

"Tetapi aturan dan ketertiban seperti itu yang melanggar hukum internasional tidak akan diterima oleh orang-orang di Iran, Timur Tengah, dan seluruh dunia," pungkasnya.

Jika diingat kembali, militer Iran juga pernah melakukan kejahatan perang yang cukup fatal pada operasi militernya awal Januari 2020, sebagai balasan atas kematian Jenderal Soleimani, yaitu merudal pesawat sipil Ukraina.***

Editor: Jefry Agustinus Alexander B

Sumber: Tehran Times

Tags

Terkini

Terpopuler