Pasukan Rusia Makin Merangsek, Amerika Serikat Malah Kirim Rudal Presisi ke Ukraina

2 Juni 2022, 06:45 WIB
Prajurit Ukraina berjalan saat benih dibakar dalam silo biji-bijian setelah dikupas berulang kali, di tengah invasi Rusia ke Ukraina, di wilayah Donetsk, Ukraina 31 Mei 2022. /Foto: REUTERS/SERHII NUZHNENKO/

PORTAL LEBAK - Pasukan Rusia pada hari Rabu 1 Juni 2022, kian menekan lebih dekat ke pusat kota industri, untuk merebut bagian timur Ukraina.

Akibatnya, Amerika Serikat (AS) akan memasok roket atau rudal canggih ke Kyiv, untuk mendorong Moskow agar merundingkan diakhirinya perang.

Staf Umum Ukraina mengatakan pasukan Rusia, dalam 98 hari di invasi mereka, menggempur infrastruktur di wilayah timur dan selatan.

Baca Juga: Pasukan Ukraina Bertahan di Kota Donbas, di Bawah Tembakan Senjata Berat Rusia

Termasuk kota Sievierodonetsk, yang mereka masuki pada 27 Mei 2022 dan merupakan fokus utama serangan darat Rusia di wilayah Donbas timur.

Gubernur provinsi Serhiy Gaidai mengungkapkan, serangan udara Rusia menghantam pabrik kimia Azot di Sievierodonetsk pada hari Selasa.

Ini meledakkan tangki asam nitrat yang beracun dan melepaskan gumpalan asap merah muda. Dia mengimbau warga untuk tetap berada di dalam rumah.

Baca Juga: Pejuang Sukarelawan Militer Asal Korea Selatan yang Terluka Kembali dari Ukraina, Langsung Diseliki Polisi

Informasi ini dilansir PortalLebak.com dari Reuters yang tidak dapat secara independen mengkonfirmasi penyebab insiden tersebut.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan Washington akan memasok sistem roket atau rudal presisi dan amunisi.

Ini menjadi bagian dari paket senjata senilai $700 juta yang diharapkan akan diumumkan secara resmi pada hari Rabu 1 Juni 2022.

Baca Juga: Rusia Melancarkan Serangan Habis-habisan dan Kepung Pasukan Ukraina di Timur

"Kami telah bergerak cepat untuk mengirim Ukraina sejumlah besar persenjataan dan amunisi, sehingga dapat bertarung di medan perang dan berada dalam posisi terkuat di meja perundingan," tulis Biden di New York Times.

Seorang pejabat administrasi Biden mengatakan pasokan baru - yang datang di atas peralatan senilai miliaran dolar berupa drone dan rudal anti pesawat.

Ini termasuk Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi M142 (HIMARS), yang menurut Kyiv "penting" untuk melawan serangan rudal Rusia.

Baca Juga: Aksi Idola KPop Hoshi SEVENTEEN Jadi Viral, Karena Kelembutannya Kepada IU

Di tengah kekhawatiran bahwa senjata semacam itu dapat menarik Amerika Serikat ke dalam konflik langsung.

Padahal, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pernah menyatakan bahwa Ukraina telah berjanji kepada Washington tidak akan menggunakan sistem roket, untuk mencapai sasaran di dalam Rusia.

Rusia, bagaimanapun, memperingatkan peningkatan risiko konfrontasi langsung dengan Amerika Serikat.

Baca Juga: Menteri luar negeri Rusia dan Saudi Arabia Manuver di OPEC+

Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov, berbicara di Arab Saudi, mengatakan pasokan peluncur roket meningkatkan risiko "negara ketiga" terseret ke dalam konflik.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pasokan seperti itu tidak akan mendorong kepemimpinan Ukraina untuk melanjutkan pembicaraan damai yang terhenti.

"Kami percaya bahwa Amerika Serikat dengan sengaja dan rajin menambahkan bahan bakar ke api," kata Peskov.

Baca Juga: Balai Lelang Christie's Jual Buku 'Harry Potter' Edisi Pertama yang Langka

Tak lama setelah keputusan AS diumumkan, kementerian pertahanan Rusia mengatakan pasukan nuklir Rusia mengadakan latihan di provinsi Ivanovo.

Letak latihan ini, di timur laut Moskow, seperti dilaporkan kantor berita Interfax meski tidak menyebukan tindakan ini karena atas keputusan AS.

Rusia juga telah menyelesaikan pengujian rudal jelajah hipersonik Zirkonnya dan akan menyebarkannya pada akhir tahun di fregat baru Armada Utaranya, kata seorang perwira militer senior, Rabu.

Baca Juga: Marak Terapi Teknologi Laser Bisa Bantu Orang Berhenti Merokok Meski Belum Ada Penelitian Ilmiah

Jika Rusia merebut kota dan kembarannya yang lebih kecil Lysychansk di tepi barat sungai Siverskyi Donets, itu akan menguasai seluruh Luhansk.

Salah satu dari dua provinsi di Donbas yang diklaim Moskow atas nama separatis dan tujuan perang utama Presiden Vladimir Putin.***

Editor: Dwi Christianto

Tags

Terkini

Terpopuler