Nasib Tenaga Medis di Provinsi Idlib Berjam-jam Tidak Tidur Selama Lima Hari Rawat Korban Gempa Bumi

13 Februari 2023, 16:09 WIB
Sebuah rumah sakit di provinsi Idlib, Suriah, menangani pasien korban gempa bumi pada tanggal 6 Februari 2023 berkekuatan magnitudo 7,8 /foto: Twitter / syrianetf/

PORTAL LEBAK - Wilayah sebelah barat laut Suriah kini ibarat peribahasa 'sudah jatuh tertimpa tangga' karena orang-orang serta infrastruktur di wilayah ini mengalami kehancuran karena peperangan disusul dengan bencana gempa bumi dasyat yang terjadi pada hari Senin, 6 Februari 2023.

Tenaga medis di sebuah rumah sakit di Suriah bekerja penuh selama lima hari pasca gempa bumi magnitudo 7,8 melanda negara tersebut dan Turki.

Para dokter bekerja 24 jam penuh di tengah kondisi cuaca buruk dan sejumlah infrastruktur yang rusak hingga menghambat upaya perawatan para korban luka.

Baca Juga: Lewat dari 72 Jam Hanya akan Temukan Jenazah, Cuaca Dingin Persulit Korban Gempa Turki-Suriah untuk Bertahan

Tanpa merasakan tidur yang nyenyak tenaga medis di Suriah benar-benar kewalahan menangani para korban yang semakin membeludak di salah satu rumah sakit di kota Darkush, Provinsi Idlib.

"Kami telah menghabiskan lima hari terakhir bekerja berjam-jam tanpa tidur atau istirahat untuk menyelamatkan yang terluka," kata Dr Ahmed Ghandour, direktur Rumah Sakit Al-Rahma, dikutip PortalLebak.com dari Middle East Eye, 13 Februari 2023.

Rumah Sakit Al Rahma adalah salah satu rumah sakit tersibuk merawat korban luka gempa bumi yang terjadi minggu lalu.

Baca Juga: Korban Jiwa Gempa Magnitudo 7,8 Lewati 11.000 Orang, Presiden Erdogan Jawab Lambatnya Respon Pemerintah

Dia mengatakan rumah sakitnya dibanjiri dengan begitu banyak korban tewas dan luka sehingga beberapa staf medis yang bekerja di sini terpaksa membuat keputusan triase yang mustahil karena kekurangan sumber daya.

Sementara sebagian besar staf medis menghadapi korban luka dengan kondisi patah tangan atau kaki dan infeksi pada luka terbuka.

Selain itu dia juga memprediksi dalam beberapa hari mendatang tampaknya mereka harus menghadapi penyakit yang terbawa air seperti kolera, peningkatan kasus Covid-19 dan kasus hipotermia atau radang dingin.

Baca Juga: Ribuan Relawan Asing Ingin Bergabung di Operasi Militer Rusia, Ini Alasannya.

Sejak perang pecah pada 2011, rumah sakit di barat laut Suriah sudah tidak dapat melakukan prosedur perawatan orang sakit paling dasar.

Serangan berulang kali oleh pemerintah Suriah dan sekutunya, termasuk Rusia, ke lokasi basis oposisi yang didukung Turki telah melumpuhkan akses jalan pengiriman peralatan dan obat-obatan ke rumah sakit.

Barat laut Suriah adalah rumah bagi sekitar 4,4 juta orang, termasuk lebih dari dua juta orang yang telah kehilangan rumah mereka.

Baca Juga: Korban Tewas Gempa di Turki dan Suriah Lebih dari 33.000, Pemerintah Turki Tangkap Banyak Pengembang Bangunan

Perang ditambah bencana gempa minggu lalu membuat hampir 70 persen penduduk Suriah sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan.***

Editor: Jefry Agustinus Alexander B

Sumber: Middle East Eye

Tags

Terkini

Terpopuler