Hamas Bersikap Egois Tutup Potensi Pembahasan Gencatan Senjata dan Bertukar Tawanan karena Tewasnya Arouri

4 Januari 2024, 16:21 WIB
Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada Selasa kemarin 2 Januari 2023 memastikan bahwa wakil ketua mereka, Saleh al-Arouri, tewas terbunuh oleh pasukan Israel dalam sebuah serangan ke Beirut yang menjadi ibu kota Lebanon. /Wikipedia/

PORTAL LEBAK - Kelompok militan Hamas lagi-lagi menunjukkan sikap egoisnya dengan menghentikan pembahasan gencatan senjata di Jalur Gaza.

Sikap tersebut dipilih setelah wakil pemimpin sayap militer Hamas di Tepi Barat, yakni Saleh Al Arouri terbunuh dalam serangan udara militer Israel yang menyasar kantor Hamas di selatan Kota Beirut, Lebanon. pada hari Selasa, 3 Januari 2024. Total korban meninggal adalah enam orang.

Sebuah sumber di Palestina kepada Anadolu Ajansi menyebut bahwa kelompok Hamas juga akan menghentikan pembahasan pembebasan warga sipil Israel yang diculik hampir tiga bulan lamanya.

Baca Juga: Terbakar Hebat di Bandara Haneda, Pesawat Japan Airlines: Begini Nasib Para Penumpang

"Hamas mengatakan kepada mediator soal keputusannya menghentikan seluruh pembahasan mengenai gencatan senjata Gaza atau pertukaran sandera dengan Israel," ujar sumber tersebut, dikutip dari ANTARA, 4 Januari 2024.

Bersama Arouri, dua orang penting lainnya juga ikut tewas dalam serangan udara militer Israel menggunakan drone itu. Mereka adalah komandan sayap bersenjata Brigade Al Qassam.

Latar belakang Saleh al-Arouri

Sedikit mengenai Saleh Al Arouri, ia adalah tokoh senior yang mengurus bidang politik dan militer dalam sepak terjang militan Hamas sejak dirinya bergabung pada tahun 1987.

Baca Juga: “Pertunjukan Hitung Mundur 2024” yang Paling Dinanti di Korea Selatan Gagal Total

Buronan militer Israel itu turut membantu pembentukan Brigade Izz al-Din al-Qassam, dan sekaligus menjadi wakil pemimpin sebuah cabang pasukan militer Hamas yang berbasis di Tepi Barat.

Statusnya yang dianggap Israel adalah sosok penting di Brigade al-Qassam ditandai dengan kedekatan hubungan dengan pemimpin tertinggi Hamas, yaitu Ismail Haniyeh.

Posisi Arouri yang terdeteksi militer Israel sering berada di Lebanon bukan tanpa alasan. Keberadaannya di Beirut sebagai penghubung antara Hamas dengan kelompok milisi Hizbullah.

Baca Juga: Gempa Dahsyat 7,4 M Landa Jepang, Peringatan tsunami Disebar

Pria berusia 57 tahun itu bertanggung jawab atas penculikan dan pembunuhan tiga pemuda Israel di Tepi Barat pada tahun 2014.

Dia juga pernah ditangkap dan dipenjara di Israel atas tindak pidana terorisme yang dilakukannya. Pasca bebas, dia mengambil peran sebagai negosiator dengan membebaskan lebih dari 1.000 warga Palestina yang dipenjara polisi Israel dan ditukar dengan seorang tentara Israel bernama Gilad Shalit.

Perburuan terhadap Arouri dilancarkan militer Israel pasca serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Perburuan menyasar hingga kediamannya di Arura, dekat Kota Ramallah, Tepi Barat. Namun, saat itu dia telah meninggalkan rumahnya bertolak ke Lebanon.

Baca Juga: BMKG Ajak Negara Kawasan Samudera Hindia untuk Tingkatkan Kolaborasi Penanganan Risiko Bencana Tsunami

Kelompok Hamas memang kerap kali melanggar perjanjian gencatan senjata yang telah dibuat dengan militer Israel yang berdampak langsung pada masyarakat di Jalur Gaza.

Padahal dengan gencatan senjata penyaluran bantuan seperti bahan makanan hingga bantuan obat-obatan kepada warga terdampak perang akan lebih mudah didistribusikan.

Terakhir kali gencatan senjata mereka langgar pada serangan 7 Oktober 2023 yang langsung menargetkan warga Israel di rumahnya masing-masing, dan memicu pertempuran berkepanjangan hingga saat ini.***

Editor: Jefry Agustinus Alexander B

Tags

Terkini

Terpopuler