PORTAL LEBAK - Ratusan hingga ribuan warga Thailand menggelar unjuk rasa massal pada hari Minggu, dengan konvoi mobil, berkumpul di beberapa lokasi di Bangkok.
Mereka menuntut Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengundurkan diri, di tengah meningkatnya protes atas penanganan pemerintahnya terhadap pandemi Covid-19.
Protes anti-pemerintah beberapa pekan terakhir, telah mengakibatkan bentrokan dengan kekerasan.
Baca Juga: Tim Nasional Indonesia vs Thailand 2-2 Dalam Kualifikasi Piala Dunia 2022
Pasalnya, polisi Thailand menggunakan gas air mata, peluru karet, dan meriam air untuk membubarkan unjuk rasa, di depan kediaman Prayuth.
Pihak berwenang Thailand mengatakan adanya pertemuan publik ilegal, di bawah aturan darurat Covid-19.
Penyelenggara "konvoi mobil" hari Minggu menyatakan unjuk rasa di mobil itu akan membantu mencegah penyebaran virus.
Baca Juga: Penelitian: Anjing pelacak Thailand dapat Mendeteksi Covid-19 melalui keringat
Warga Thailand bersumpah berunjuk rasa secara damai dengan jangka waktu yang jelas, untuk memulai dan mengakhiri kegiatan.
"Tiga jalur yang kami rencanakan jelas menghindari melewati kawasan dengan keamanan tinggi atau tempat-tempat sensitif yang bisa memicu konfrontasi," kata aktivis Nattawut Saikua.
Polisi mengungkapkan penggunaan kekuatan terkadang diperlukan untuk menjaga ketertiban umum.
Baca Juga: Wah, Tunggal Putra dan Putri Indonesia Gagal Masuk 8 Besar Toyota Thailand Open 2021
Otoritas kepolisian juga menambahkan bahwa mereka telah mematuhi standar internasional dalam menggunakan gas air mata, peluru karet dan meriam air.
"Kita perlu menegakkan hukum dan menjaga perdamaian," kata kepala polisi Thailand Suwat Jangyodsuk, tanpa merinci apakah polisi berniat menggunakan kekerasan.
Seperti PortalLebak.com lansir dari Reuters, Lebih dari 130 orang telah ditangkap dalam putaran terakhir unjuk rasa anti-pemerintah sejak pertengahan Juli.
Baca Juga: Partai Bertikai, PM Malaysia Muhyiddin Yassin Akan Mengundurkan Diri
Gerakan protes anti-pemerintah yang dipimpin pemuda Thailand tampaknya telah mendapatkan kembali momentum.
Dukungan atas gerakan ini, makin meluas setelah unjukr rasa tahun lalu menarik ratusan ribu orang turun ke jalan, sebelum tindakan keras oleh pihak berwenang.
Kelompok politik lain, termasuk beberapa mantan sekutu Prayuth, sekarang bergabung dengan para pengunjuk rasa.
Baca Juga: Maverick Vinales Meminta Maaf kepada Yamaha Setelah Diskors di Grand Prix Austria
Ini, ketika Thailand berjuang mengatasi gelombang terburuk Covid-19, karena banyak yang menyalahkan penanganan krisis oleh pemerintah.***