PORTAL LEBAK - Pada Sidang Darurat Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berakhir 2 Maret 2022, Laos merupakan salah satu dari dua negara kawasan ASEAN yang memilih abstain dalam voting soal resolusi PBB.
Sebelumnya, Laos dan Vietnam menjadi dua negara kawasan ASEAN bersama 33 negara anggota PBB yang memutuskan untuk tidak mendukung maupun menolak resolusi atas agresi Rusia terhadap Ukraina.
Jika Vietnam beralasan konflik Rusia-Ukraina adalah karena hasil doktrin politik kekuasaan dan tidak perlu ikut campur dalam urusan internal negara berkonflik, Laos punya alasan lain mengenai abstainnya dalam voting tersebut.
Pemerintah Laos melalui perwakilannya untuk PBB, Anouparb Vongnorkeo, menyatakan ragu dengan resolusi agresi terhadap Ukraina, terlebih karena disertai dengan sanksi-sanksi kepada Rusia.
"Kami tetap skeptis terhadap sanksi sepihak," kata Anouparb Vongnorkeo, dikutip PortalLebak.com dari un.int, 4 Maret 2022.
Laos meminta kepada semua anggota Sidang Umum PBB membuka mata bahwa ada dampak yang juga akan dirasakan masyarakat sipil jika semua negara menjatuhkan sanksi kepada Rusia, apalagi di masa sulit pandemi Covid-19 sekarang ini.
"Kita juga harus menyadari bahwa sanksi yang dijatuhkan dapat berdampak jangka panjang terhadap orang-orang yang tidak bersalah termasuk komunitas global pada umumnya, terutama selama masa pandemi," jelas Vongnorkeo.
Pemerintah Laos tahu betul jika konsekuensi negatif tak berujung, seperti semua negara ramai-ramai memberikan sanksi, tidak menarik bagi pihak mana pun.
Pemberian sanksi hanya akan memperbesar ketegangan yang ada saat ini. Oleh karena itu keputusan Laos tidak memihak pihak mana pun dirasa sangat tepat.
"Kami menyerukan kepada semua pihak terkait untuk menahan diri dari tindakan apa pun yang semakin dapat memicu eskalasi ketegangan dan mencari solusi damai serta memulihkan perdamaian dan keamanan," ujarnya.
Semua pihak terkait, baik negara yang berkonflik atau bukan, diminta untuk menjunjung tinggi Piagam Perdamaian PBB dan menyelesaikan konflik internasional dengan cara-cara diplomasi.
"Kami mendukung upaya berkelanjutan untuk menemukan penyelesaian damai untuk situasi ini melalui cara-cara diplomatik, termasuk negosiasi damai baru-baru ini yang diadakan di perbatasan Belarusia," ungkapnya.***