PORTAL LEBAK - Presiden Vladimir Putin menegaskan pada Rabu 16 Maret 2022, bahwa Rusia akan mencapai tujuannya di Ukraina dan tidak akan tunduk pada Barat.
Putin memaparkan dalam kasus Ukraina, sebagai apa yang disebutnya upaya Barat untuk mencapai dominasi global dan memecah belah Rusia.
Putin mebeberkan Rusia siap membahas status netral bagi Ukraina, usai tiga minggu dalam perang yang menewaskan ribuan dan memaksa jutaan orang Ukraina mengungsi.
Putin mengatakan bahwa apa yang disebut Rusia sebagai operasi militer khusus adalah "telah direncanakan".
Dalam pidato yang disiarkan televisi kepada para menteri pemerintah, Putin melangkah lebih jauh dari sebelumnya.
Dia mengakui rasa sakit yang ditimbulkan sanksi Barat terhadap ekonomi, tetapi Putin bersikeras bahwa Rusia dapat menahan pukulan itu.
Baca Juga: Serangan Rusia di Pangkalan Militer, Seret Perang di Ukraina Bersinggungan Tipis dengan NATO
Dikutip PortalLebak.com dari Reuters, tidak ada tanda-tanda Putin melunak dalam makian pahitnya terhadap Barat dan Ukraina.
"Di masa mendatang, ada kemungkinan rezim pro-Nazi di Kyiv bisa mendapatkan senjata pemusnah massal, dan targetnya, tentu saja, adalah Rusia," kata Putin.
Putin secara konsisten menggambarkan para pemimpin Ukraina yang terpilih secara demokratis sebagai neo-Nazi yang bertekad melakukan genosida terhadap penutur bahasa Rusia di timur negara itu.
Lontaran pernyataan ini dinilai - sebuah garis yang dikecam Barat sebagai propaganda perang yang tidak berdasar.
Putin mengungkapkan negara-negara Barat ingin mengubah Rusia menjadi "negara ketergantungan yang lemah; melanggar integritas teritorialnya; untuk memotong-motong Rusia dengan cara yang sesuai untuk mereka".
Jika Barat berpikir bahwa Rusia akan runtuh atau mundur, "mereka tidak tahu sejarah kita atau orang-orang kita", kata Putin pada hari ke-21 perang.
Baca Juga: Kepala BNPB: MotoGP Mandalika 2022 Sukses, Penanganan Covid-19 Juga Seiring Sejalan Sukses
“Di balik pembicaraan munafik dan tindakan hari ini yang disebut kolektif Barat adalah tujuan geopolitik yang bermusuhan. Mereka hanya tidak menginginkan Rusia yang kuat dan berdaulat,” pungkasnya.
Dia mengatakan Rusia siap untuk membahas status netral Ukraina dalam pembicaraan:
"Pertanyaan prinsip untuk negara kami dan masa depannya - status netral Ukraina, demiliterisasi, dan denazifikasinya - kami siap dan kami siap untuk berdiskusi sebagai bagian dari negosiasi."
Baca Juga: Presiden Jokowi: Balapan MotoGP di Indonesia, Tak Kalah Dengan Negara-Negara Lain
Ukraina mengatakan bersedia bernegosiasi untuk mengakhiri perang, tetapi tidak akan menyerah atau menerima ultimatum Rusia.
Dalam pengakuannya yang paling eksplisit tentang rasa sakit yang ditimbulkan oleh sanksi Barat, Putin mengatakan inflasi dan pengangguran akan meningkat.
Selain itu terdapat pula perubahan struktural pada ekonomi yang akan diperlukan. Tapi Putin berjanji memberikan dukungan bagi keluarga bersama anak-anak.
Barat menurut Putin sebenarnya telah menyatakan Rusia gagal bayar sebagai bagian dari sanksinya atas konflik di Ukraina.
Tetapi Putin menilai konflik itu hanya menjadi dalih bagi Barat, untuk menjatuhkan sanksi tersebut.
"Barat tidak perlu repot-repot menyembunyikan, tujuan mereka yakni untuk merusak seluruh ekonomi Rusia, termasuk setiap orang Rusia," pungkas Putin.***