PORTAL LEBAK - Amerika Serikat dan Inggris lebih menekan ke Arab Saudi agar memompa lebih banyak minyak dan bergabung dalam upaya untuk mengisolasi Rusia.
Padahal, Riyadh bersikap sedikit acuh atas himbauan Barat, dan malah menghidupkan kembali ancaman untuk membuang dolar dengan menjual minyaknya ke China.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson terbang ke negara pengekspor minyak mentah terbesar dunia pada Rabu, sehari setelah penasihat keamanan AS Brett McGurk tiba dengan delegasi AS.
Baca Juga: Tahanan Super Ketat Guantanamo yang Dijuluki 'Pembajak ke-20' 9/11 DiEkstradisi ke Arab Saudi
Arab Saudi dan tetangganya Uni Emirat Arab, yang merupakan salah satu dari segelintir produsen dengan kapasitas cadangan minyak, menolak seruan Barat.
Seruan untuk lebih banyak memproduksi minyak mentah guna mendinginkan harga yang panas dan tetap berpegang pada pakta pasokan OPEC+ dengan Rusia dan lainnya.
Putra Mahkota Mohammed bin Salman, penguasa de facto kerajaan, telah menghadapi kritik tajam Barat atas pembunuhan 2018 jurnalis Saudi Jamal Khashoggi, catatan hak asasi manusia Riyadh dan perang Yaman.
Baca Juga: Umroh Dibuka, Kemenag Berangkatkan 419 Jamaah ke Arab Saudi Hari Ini
Presiden AS Joe Biden, sejauh ini, menolak untuk berhubungan langsung dengan sang pangeran, yang dikenal luas sebagai MbS.
Saat hubungan AS-Saudi pada titik rendah, MBS telah merespons dengan memperkuat hubungan dengan Rusia dan China.