Makin Sengit, Ukraina Serang Balik Rusia di Selatan Ukraina Lewat Serangan Roket

- 13 Juli 2022, 10:06 WIB
A Ukrainian serviceman stands on a tank loaded at a military truck, amid Russia's invasion of Ukraine, in the Donbas region, Ukraine July 12, 2022. REUTERS/Gleb Garanich
A Ukrainian serviceman stands on a tank loaded at a military truck, amid Russia's invasion of Ukraine, in the Donbas region, Ukraine July 12, 2022. REUTERS/Gleb Garanich /GLEB GARANICH/REUTERS

PORTAL LEBAK - Ukraina melancarkan serangan roket jarak jauh terhadap pasukan Rusia di Ukraina selatan dan menghancurkan gudang amunisi, saat Rusia terus menggempur timur negara itu.

Serangan itu terjadi di Nova Kakhovka, di wilayah Kherson menewaskan 52 orang, kata juru bicara militer Ukraina, Selasa 12 Juli 2022.

Pemerintah kota yang didirikan Rusia mengatakan bahwa setidaknya tujuh orang telah tewas dan sekitar 70 terluka, kantor berita Rusia TASS melaporkan.

Baca Juga: Tim Penyelamat Menarik Korban Selamat Serangan Roket Rusia dari Reruntuhan Gedung Apartemen di Ukraina

Serangan itu terjadi setelah Washington memasok Ukraina dengan sistem artileri bergerak HIMARS canggih yang menurut Kyiv digunakan pasukannya dengan efisiensi yang meningkat.

Reuters yang dilansir PortalLebak.com, tidak dapat secara independen memverifikasi akun medan perang.

"Berdasarkan hasil unit roket dan artileri kami, musuh kehilangan 5️2 (orang), howitzer Msta-B, mortir dan tujuh kendaraan lapis baja dan lainnya, serta gudang amunisi di Nova Kakhovka," ungkap komando militer selatan Ukraina dalam pernyataan.

Baca Juga: Rusia: Pasukan Kami Sepenuhnya Kendalikan Wilayah Luhansk Ukraina

Meski demikian, para pejabat pro-Rusia mengatakan serangan itu menewaskan warga sipil. Soalnya daerah ini sangat penting secara strategis.

Karena aksesnya ke Laut Hitam, yang pernah menjadi industri pertanian yang berkembang pesat dan lokasinya di utara Krimea yang dicaplok Rusia.

Video yang belum diverifikasi yang diposting di media sosial menunjukkan bola api besar meletus ke langit malam.

Baca Juga: Amerika Serikat AS Kirim Ukraina 2 Sistem Rudal Permukaan ke Udara

Gambar yang dirilis oleh media pemerintah Rusia menunjukkan gurun yang tertutup puing-puing dan sisa-sisa bangunan.

Seorang pejabat dari pemerintah lokal yang didukung Rusia mengatakan bahwa Ukraina telah menggunakan rudal HIMARS.

Mereka telah menghancurkan gudang yang mengandung sendawa, senyawa kimia yang dapat digunakan untuk membuat pupuk atau bubuk mesiu.

Baca Juga: Brigadir J Diduga Lecehkan Istri Jenderal, Ini Fakta Polisi Tembak Polisi

“Masih banyak orang di bawah reruntuhan. Yang terluka dibawa ke rumah sakit, tetapi banyak orang diblokir di apartemen dan rumah mereka,” ungkap Vladimir Leontyev, kepala administrasi militer-sipil Distrik Kakhovka, dikutip oleh TASS.

Leontyev menyatakan bahwa gudang, toko, apotek, pompa bensin dan gereja telah dihantam. Kementerian Pertahanan Ukraina tidak segera menanggapi permintaan komentar soal jenis senjata yang digunakan.

Sementara itu, Rusia terus menggempur Ukraina timur dalam upaya untuk menguasai provinsi Donetsk dan seluruh kawasan industri Donbas.

Baca Juga: Zulkifli Hasan Kampanye Saat Bagikan Minyak Goreng Murah, Jokowi Ingatkan Lagi Tugas Sebagai Mendag

Moskow awal bulan ini merebut provinsi Luhansk, yang merupakan sisa dari Donbas. Rusia mengatakan ingin merebut Donbas dari Ukraina.

Tindakan ini atas nama separatis yang didukung Moskow di dua republik rakyat yang memproklamirkan diri yang kemerdekaannya diakui pada malam perang.

Ukraina bersiap untuk apa yang diharapkannya akan menjadi serangan besar-besaran baru Rusia di timur.

Baca Juga: Mayat Pria Ditemukan di Rumah Kosong, Berikut Keterangan Kapolsek Jasinga

Gubernur Daerah Donetsk Pavlo Kyrylenko mengatakan ada penumpukan pasukan Rusia yang signifikan, terutama di daerah Bakhmut dan Siversky, dan di sekitar Sloviansk dan Kramatorsk.

Seluruh garis depan di wilayah itu terus-menerus diserang ketika pasukan Rusia mencoba menerobos tetapi berhasil dipukul mundur, katanya.

Kampanye Rusia di Ukraina, yang disebutnya "operasi militer khusus", hampir berumur lima bulan dan merupakan konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.***

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x