Konsumsi Air Berdasarkan Umur, Ini Jumlah Pastinya

18 Januari 2024, 07:58 WIB
Ilustrasi tubuh dehidrasi / Waspadai Bahaya Dehidrasi! Ini 6 Penyebab dan Cara Mengatasinya freepik / Jcomp /


PORTAL LEBAK - Ketua Pengurus Besar Persatuan Nefrologi Indonesia (PB PERNEFRI) dr.
Pringgodigdo Nugroho, Sp.PD-KGH, memberikan rekomendasi konsumsi air mineral dalam takaran yang sesuai usia.

“Minum alkohol mempunyai dampak yang sangat besar bagi tubuh, jumlah cairan harus cukup melalui air mineral, namun tentunya harus ada dosis dan batasan tertentu agar tidak merusak ginjal,” kata Pringgodigdo.

Pringgodigdo mengatakan, meminum air mineral atau yang biasa disebut dengan still water penting bagi kesehatan karena air berperan penting dalam menjaga fungsi tubuh.

Baca Juga: Minum kopi bisa membantu mengontrol berat badan, namun ada syaratnya

Beberapa alasan mengapa air mineral (putih) baik untuk tubuh antara lain menjaga keseimbangan cairan, memberikan nutrisi, membersihkan racun, menjaga keseimbangan elektrolit dan pH tubuh, serta menjaga kesehatan kulit, mendukung fungsi otak dan mencegah dehidrasi serta berbagai penyakit.

Minum cukup air juga dapat membantu mencegah berbagai masalah kesehatan, seperti batu ginjal, infeksi saluran kemih, dan sembelit.

Namun, Pringgodigdo menekankan bahwa penting untuk dicatat bahwa kebutuhan cairan setiap individu berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor seperti tingkat aktivitas fisik, iklim, status kesehatan dan terutama usia.

Baca Juga: Minum Alkohol di Bawah Umur, Chorong ‘Apink’ Minta Maaf dan Respon Tuduhan Kekerasan

Untuk remaja dan dewasa, kebutuhan rata-rata persediaan air yang dapat dipenuhi adalah dua liter per hari.

Namun, dokter spesialis penyakit dalam, konsultan ginjal dan darah tinggi jebolan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini berpendapat, mengonsumsi air mineral lebih dari jumlah tersebut bukanlah hal yang baik.

"Untuk orang dewasa rata-rata dua liter (air mineral) sudah cukup. Kalau sehat biasanya dua liter saja sudah cukup, karena kelebihan itu tidak baik, bisa menyebabkan tubuh memproduksi terlalu banyak cairan urin, sehingga terus menerus dan itu baik untuk kita, harus dijaga keseimbangannya”, jelas Pringgodigdo.

Baca Juga: TKN Prabowo Gibran Nusron Wahid Percaya Mahfud MD Tak Terlibat Isu Pemakzulan Presiden Jokowi

Sedangkan bagi lansia (di atas 60 tahun), dianjurkan mengonsumsi air mineral minimal 1,5 liter per hari.

Sesuai anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), bayi usia 0 hingga 6 bulan membutuhkan cairan sebanyak 700 mililiter (mL) per hari, bayi usia 7 hingga 12 bulan, anak memerlukan cairan sebanyak 800 ml per hari,

Anak dari Usia 1 hingga 3 tahun 1,3 liter, anak usia 4 hingga 8 tahun 1,7 liter Lebih lanjut, selain mencukupi kebutuhan cairan tubuh, Pringgodigdo menekankan pentingnya rutin memeriksakan kesehatan ginjal ke dokter sedini mungkin.

Dia  merekomendasikan agar setiap orang yang berusia 15 tahun ke atas menjalani pemeriksaan ginjal.

Baca Juga: Gunung Lewotobi Erupsi Lagi, PBMBG: Aliran Lava Pijar Mencapai 3,5 km dari Puncak

Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat penyakit ginjal merupakan salah satu gangguan kesehatan yang seringkali tidak terdeteksi gejalanya sebelum mencapai stadium parah.
Hipertensi (penyebab utama penyakit ginjal) dan penyakit ginjal di usia muda juga terus meningkat.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2018, pada penduduk usia 15 tahun ke atas, ditemukan faktor risiko seperti proporsi penduduk kurang makan sayur dan buah sebesar 95,5%,

Angka ketidakaktifan fisik sebesar 35,5%, angka merokok sebesar 29,3%, angka obesitas sentral sebesar 31%, dan angka obesitas umum sebesar 21,8%. Data di atas menunjukkan peningkatan dibandingkan data Riskesdas tahun 2013.

Baca Juga: Akun Mahfud MD Diretas, Ganjar Tekankan Pentingnya Jaga Keamanan Siber

“Penyakit ginjal bisa menyerang generasi muda, masyarakat di atas 15 tahun harus segera memeriksakan diri. Gejala penyakit ginjal belum terdeteksi. Gejalanya hanya kencing berbusa, tapi kalau ada busa berarti sudah terlambat. Kalau tidak serius ya tidak. Biasanya tidak ada tanda-tanda sama sekali, jadi perlu memeriksakan diri ke dokter secara rutin,” tambah Pringgodigdo.***

Editor: Dwi Christianto

Tags

Terkini

Terpopuler