BMKG Minta Warga Waspada Multi Bencana 2021: Cuaca, Gempa atau Potensi Tsunami

- 16 Januari 2021, 15:12 WIB
Sesuai prediksi BMKG yang disampaikan sejak Oktober 2020 yang lalu, bahwa Puncak Musim Hujan akan terjadi di bulan Januari dan Februari 2021.
Sesuai prediksi BMKG yang disampaikan sejak Oktober 2020 yang lalu, bahwa Puncak Musim Hujan akan terjadi di bulan Januari dan Februari 2021. /Foto: Laman bmkg.go.id/ Humas BMKG/



PORTAL LEBAK - Himbauan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi multi risiko baik dari aspek cuaca, iklim, gempa atau potensi tsunami.

Otoritas BMKG mengeluarkan informasi potensi multi bencana semakin meningkat terutama memasuki Januari, Februari, hingga Maret 2021. “Sampai Maret masih ada potensi multi risiko, tapi untuk hidrometeorologi puncaknya pada Januari-Februari." ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers secara daring, di Jakarta Jumat 15 Januari 2021 yang dikutip PortalLebak.com dari laman setkab.go.id.

Namum seiring dengan itu, BMKG mendata potensi kegempaan juga meningkat, sehingga masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan.

Baca Juga: Rasakan Sendiri Gempa Susulan di Sulbar, Mensos Risma Minta Warga Hindari Tepi Pantai

Baca Juga: [Hoax atau Fakta] Bupati Lebak Bersama Satgas Covid-19 Razia dan Karantina Siswa yang Terjaring

Sebelumnya, sejak bulan Oktober 2020, BMKG telah mengeluarkan informasi potensi bencana bersamaan dengan prakiraan musim hujan. Bahkan sejak awal Januari 2021, sejumlah daerah mengalami bencana banjir dan tanah longsor akibat peningkatan curah hujan.

Serupa tapi tak sama, terkait potensi kegempaan, gempa dengan kekuatan signifikan terjadi di sejumlah daerah. Seperti gempa dengan magnitudo 5,9 yang mengguncang Majene, Sulawesi Barat, pada Kamis 14 Januari 2021, pukul 13.35.49 WIB.

Kemudian diiringi gempa tektonik dengan kekuatan yang lebih besar M 6,2 terjadi pada Jumat 15 Januari 2021, dinihari pukul 01.28 WIB yang lebih mengguncang dan merusak.

Baca Juga: Banjir Kalsel, Petugas Masih Terus Evakuasi, Bhayangkari Banjar Juga Turut Sumbang Bantuan

Baca Juga: Kunjungi NTB, Menparekraf Sandiaga Uno Pesan Sepeda Listrik Karya Anak Muda

“Episenter gempa kurang lebih sama terletak 6 kilometer arah timur laut Majene dengan pusat gempa 10 kilometer. Ini gempa dangkal yang tentunya karena magnitudonya sangat besar, guncangannya juga sangat dirasakan di permukaan,” ujar Dwikorita.

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar Mamuju. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

Hingga pukul 23.00 WITA, BMKG mencatat terjadi 31 kali gempa bumi terdiri dari dua gempa signifikan dan 29 gempa susulan. “Kami menganalisis masih memungkinkan adanya gempa susulan yang cukup kuat seperti dini hari yang lalu atau bahkan lebih.” katanya.

Baca Juga: Polres Lebak Rutin Jalankan Giat Warung Tiap Jumat

Baca Juga: Dilantik di Lebak, Mulyadi Jayabaya Pimpin Kadin Banten 5 Tahun Mendatang

Karena masih adanya potensi gempa susulan yang cukup kuat, BMKG menurunkan tim di lapangan dan memasang alat untuk memonitor gempa-gempa susulan. Pihak BMKG berharap dapat memberikan estimasi kapan gempa-gempa susulan tersebut berakhir, serta untuk memetakan dampak kerusakan, sekaligus untuk menenangkan masyarakat melalui sosialisasi/literasi terkait kejadian gempa bumi ini, perkembangannya dan langkah kewaspadaan yang harus dilakukan.

Dwikorita juga mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah setempat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan potensi tsunami apabila terjadi gempa susulan yang dapat memicu longsor di bawah laut, mengingat pelamparan sesar naik Mamuju yang menjadi sumber gempa berada di dasar laut sebelah barat Pantai Mamuju.

“Apabila kebetulan masyarakat yang berada di wilayah pantai merasakan guncangan gempa lagi, agar segera menjauhi pantai menuju ke tempat yang lebih tinggi, tidak perlu menunggu peringatan dini,” tegasnya.

Baca Juga: Presiden Jokowi: Vaksinasi Adalah Game Changer yang Akan Kendalikan Pandemi

Baca Juga: Tahun 2021, Ini Varian Motor Keluaran Honda dan Yamaha

Hal ini untuk mengantisipasi potensi tsunami seperti yang terjadi di Palu pada 2018, di mana kejadian tsunami sangat cepat hanya 2-3 menit setelah gempa terjadi. Ia juga mengingatkan masyarakat di sekitar pantai untuk segera menyiapkan jalur evakuasi dan membuat tempat evakuasi sementara di tempat yang lebih aman.

Gempa Berulang
Menurut Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG, Bambang Setiyo Prayitno, episenter Gempa Majene 14-15 Januari 2021 sangat berdekatan dengan sumber gempa yang memicu tsunami pada 23 Februari 1969 dengan kekuatan 6,9 pada kedalaman 13 km.

“Sebelumnya pernah terjadi gempa pada 1969 yang menimbulkan tsunami empat meter. Saat itu gempa menyebabkan 64 orang meninggal, 97 luka-luka dan 1.287 rumah serta masjid rusak,” jelas Bambang.

Baca Juga: Kemensos Salurkan Rp43 M Dana Bantuan Sosial Tunai (BST) Untuk Lebak

Baca Juga: Jadwal Acara TV di SCTV Sabtu 16 Januari 2021, Tonton Tayangan Samudra Cinta dan Cinta Nikita

Hal senada diungkapkan Koordinator Bidang Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono, bahwa gempa yang terjadi di Majene merupakan perulangan gempa pada 1969 karena dibangkitkan oleh sumber yang sama yaitu Sesar Naik Mamuju (Mamuju thrust). Namun saat itu pusat gempa berada di laut sehingga menimbulkan tsunami.

“Sesar Naik Mamuju ini sangat aktif. Dari sebaran gempa utama dan susulan yang terjadi sejak 14-15 Januari, ada tiga yang bisa kita kenali sumbernya dan memiliki kesamaan dengan gempa masa lalu,” tambah Daryono.

Berdasarkan data dan historis, telah terjadi tiga gempa dan tsunami merusak di sekitar Majene yaitu pada 11 April 1967 dengan magnitudo 6,3 di Polewali Mandar yang menimbulkan tsunami dan menyebabkan 13 orang meninggal.

Kemudian pada 23 Februari 1969 di Majene dengan magnitudo 6,9 menyebabkan 64 orang meninggal, 97 luka dan 1.287 rumah rusak di empat desa. Serta pada 8 Januari 1984 dengan magnitudo 6,7 di Mamuju namun tidak ada catatan korban jiwa tapi banyak rumah yang rusak.

Baca Juga: Jadwal Acara TV di RCTI Sabtu 16 Januari 2021, Tonton Tayangan Ikatan Cinta dan Dunia Terbalik

Baca Juga: Jadwal Acara TV di GTV Sabtu 16 Januari 2021, King Kong Tayang Pukul 20:00 WIB

Waspada Banjir
Selain peningkatan potensi kegempaan, saat ini juga sudah memasuki puncak musim hujan sehingga patut diwaspadai peningkatan potensi bencana hidrometeorologi kata Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Dodo Gunawan.

“Januari-Februari memasuki puncak musim hujan karena itu perlu ditingkatkan kewaspadaan terhadap bencana hidrometeorologi,” kata Dodo.

Berdasarkan data BMKG pada Dasarian III Januari 2021 terdapat daerah dengan potensi banjir menengah yaitu Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi tenggara, Maluku, dan Papua.

Baca Juga: Jadwal Acara di ANTV Sabtu 16 Januari 2021, Tonton Tayangan Uttaran dan Jhoda Akbar

Baca Juga: Ini Alur Pelayanan Vaksinasi Covid-19 Bagi Anda, Ayo Cermati

“Perlu diwaspadai potensi bencana banjir yang dalam waktu dekat kemungkinan terjadi,” kata Kepala Pusat Layanan Iklim Terapan Ardhasena Sopaheluwakan.

Deputi bidang Meteorologi Guswanto mengatakan, saat ini ada beberapa fenomena cuaca yang harus diwaspadai yaitu MJO (Madden Julian Oscillation) serta fenomena lokal, regional, dan global. MJO saat ini teramati sedang aktif di wilayah Samudra Hindia sebelah barat Sumatra. Fenomena gelombang atmosfer (Kelvin Wave) diprakirakan cukup aktif di sebagian wilayah Indonesia bagian timur periode 14-17 Januari 2021.

Sedangkan Angin Monsun Asia mengalami penurunan intensitas dalam sepekan terakhir dan diperkirakan akan meningkat kembali dalam sepekan ke depan. Sementara suhu muka laut masih relatif hangat.

Baca Juga: Presiden Jokowi Ungkapkan Rasa Duka Bagi Para Korban Bencana

Baca Juga: Rancangan Kerja Hingga 2022, Bupati Lebak Ingin Perluas Kesempatan Kerja

BMKG memprakirakan pada periode 16-21 Januari 2021 potensi hujan lebat dengan intensitas sedang-lebat terdapat di wilayah, Aceh, Sumatra Utara, Jambi, Sumatra Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Pada tujuh hari ke depan juga terdapat prospek pertumbuhan awan konvektif (Cumulonimbus) bercampur dengan awan konvektif lainya dengan tingkat kerapatan Occasional (OCNL) sekitar 50-75 persen di atas wilayah Aceh dan Sumatra Utara, Samudra Hindia sebelah barat Sumatra, Sumatra Selatan, Lampung, sebagian besar Pulau Jawa, perairan selatan Pulau Jawa, NTB, NTT, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, dan Laut Jawa. Perairan Selat Makassar, sebagian besar Sulawesi, Laut Sulawesi, Kepulauan Halmahera, dan Kepulauan Maluku.

Serta potensi pertumbuhan awan CB dengan tingkat kerapatan Frequent (FRQ) di atas 75 persen terjadi di atas wilayah Riau, Kepulauan Riau, perairan Natuna, Bangka Belitung, dan perairan utara Kepulauan Halmahera.

Baca Juga: 12 Korban Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Teridentifikasi

Baca Juga: Update Gempa Mamuju, 42 Orang Meninggal Dunia Ratusan Rumah Rusak

Prakiraan potensi pertumbuhan awan konvektif periode Desember 2020-Januari 2021 yang menghasilkan gangguan penerbangan berpotensi pada sebagian besar wilayah Indonesia bagian tengah hingga bagian timur. Wilayah paling berpotensi pertumbuhan awan konvektif terbesar terjadi di sekitar wilayah NTB hingga NTT pada periode tersebut.

BMKG juga memprakirakan potensi gelombang tinggi periode 15 – 24 Januari 2021 yaitu dengan ketinggian 2.5 – 4.0 meter (Rough Sea) berpeluang terjadi di Perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, Perairan selatan Pulau Jawa, Samudra Hindia barat Lampung hingga selatan NTB, Laut Natuna, Perairan Kepulauan Anambas, Perairan timur Kepulauan Bintan – Kepulauan Lingga, Laut Jawa bagian Timur, Selat Makassar bagian selatan, Laut Sulawesi, Perairan Kepulauan Sangihe – Kepulauan Talaud, Samudra Pasifik utara, Halmahera, hingga Papua.

Selanjutnya tinggi Gelombang 4.0 – 6.0 meter (Very Rough Sea) berpeluang terjadi di Perairan utara Kepulauan Natuna dan tinggi Gelombang lebih dari 6.0 meter (Extreme Sea) berpeluang terjadi di Laut Natuna Utara.

Baca Juga: Update Gempa Mamuju, 42 Orang Meninggal Dunia Ratusan Rumah Rusak

Baca Juga: Banjir Kalsel, Petugas Terus Evakuasi Warga yang Terjebak Banjir

Jadi untuk saat ini di dalam periode puncak musim hujan ini, masyarakat diimbau untuk tetap terus mewaspadai potensi multi-bencana hidrometeorologi, gempa bumi, dan tsunami.***

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah