Telegram Hapus Puluhan Ribu Akun Provokatif Saat Kerusuhan Kongres AS

- 19 Januari 2021, 12:45 WIB
Ilustrasi akun Telegram tidak dapat diakses
Ilustrasi akun Telegram tidak dapat diakses /Foto: Freepik/user3980505/

PORTAL LEBAK - Beberapa waktu lalu, politik di Amerika Serikat (AS) menjadi sorotan dunia, setelah pendudukan gedung parlemen, Capitol Hill, oleh massa pendukung Presiden Donald Trump.

Massa datang saat berlangsungnya Kongres ke-117 AS, dan mengganggu jalannya sidang penetapan Presiden Terpilih Joe Biden. Tak hanya menghentikan kongres, kekerasan dan pengrusakan pun sempat terjadi antara massa dengan aparat kepolisian.

Masih tegangnya politik di Amerika Serikat, membuat pendiri Telegram, Pavel Durov buka suara atas tindakan perusahaannya yang telah menghapus ratusan akun pengguna Telegram yang terindentifikasi pernah melakukan provokasi untuk melakukan kekerasan.

Baca Juga: Ingin Cantik Dimasa Pandemi Covid-19, Ini Saran Dokter RSUD Dr. Adjidarmo Lebak

Baca Juga: Dokter Reisa: Program vaksinasi Covid-19 Dilakukan 4 Tahap, Ini Jadwalnya

Dalam postingan 19 Januari 2021 di saluran Telegram milik Pavel Durov, Durov's Channel, dia menekankan komitmen platform obrolan miliknya tersebut adalah melarang tindakan provokasi yang mengarah pada kekerasan.

Hal ini sudah diatur dalam aturan pengguna layanan yang sudah sepakati pengguna Telegram.

Telegram sebenarnya mendukung postingan 19 Januari 2021 di saluran Telegram milik Pavel Durov, gerakan sipil yang membela Hak Asasi Manusia (HAM), tetapi tanpa membuat kerugian dari pihak manapun, apa lagi menghasut orang untuk melakukan kekerasan.

Baca Juga: Gunung Merapi Terus Erupsi, Muntahkan Guguran Lava Pijar

Baca Juga: Berpayung di Tengah Guyuran Hujan, Presiden Tinjau Langsung Penanganan Bencana Banjir Kalsel

Telegram melacak kiriman pesan provokasi tak terenkripsi end-to-end yang melindungi percakapan dari pihak ketiga termasuk Telegram sendiri.

Dan kebijakan atau aturan yang diterapkan kepada penggunanya adalah melarang kekerasan dalam bentuk apapun.

"Oleh karena itu tim moderasi Telegram mulai bertindak tegas kepada siaran-siaran yang dilaporkan pengguna lainnya, karena telah menganjurkan kekerasan pada awal bulan Januari 2021 lalu," jelas Durov.

Baca Juga: Hari Ini Resmi Diberlakukan Tarif Baru Beberapa Ruas Jalan Tol, Ini Rinciannya

Baca Juga: Presiden Jokowi: Vaksinasi Adalah Game Changer yang Akan Kendalikan Pandemi

Hingga kemarin, Durov menyatakan Telegram telah menemukan ratusan pesan provokatif untuk melakukan kekerasan, dan menutup puluhan ribu akun Telegram.

Sampai saat ini pihak Telegram tetap memproses laporan-laporan terkait seruan publik yang menghasut orang lain untuk melakukan kekerasan kepada orang lain.

Durov juga berterima kasih kepada pengguna yang secara aktif membuat laporan terkait, dan meminta untuk terus melaporkan akun-akun provokatif yang ditemukan.***

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah