Harga Kedelai Naik, Pengusaha Tempe Mengadu ke Komisi VI DPR

19 Januari 2023, 14:36 WIB
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima memimpin RDPU bersama DPC Hipmikindo Kabupaten Bekasi dan Pengusaha Kecil Menengah Tempe di Gedung Komisi VI DPR Rabu (18 Januari 2023). /Foto: dpr.go.id/Pit/No/


PORTAL LEBAK - Komisi VI DPR RI menggelar RDPU bersama Gabungan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia (DPC Hipmikindo) Kabupaten Bekasi dan Dewan Pengusaha Kecil dan Menengah Tahu dan Tempe.

Para perajin tahu dan tempe membahas harga kedelai yang tidak wajar di ruang rapat Komisi VI DPR, di Senayan, Jakarta, Rabu 18 Januari 2023.

Menanggapi kenaikan harga kedelai, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima mengatakan, pihaknya menerima semua keinginan yang disampaikan DPC Hipmikindo Kabupaten Bekasi sebagai pendamping pedagang tahu dan tempe usaha mikro kecil dan menengah.

Baca Juga: Perajin Tahu Tempe di Lebak mogok produksi, Akibat Harga Kedelai Meroket

"Ini akan kami bahas dalam rapat dengan mitra Komisi VI. Soal ketersediaan kedelai di lapangan, kami minta Depdag dan Bulog mengecek ketersediaan kedelai di lapangan," ujarnya.

Sementara itu, ia mengusulkan agar DPC Hipmikindo Kabupaten Bekasi membentuk koperasi perumahan sementara pengusaha kecil dan menengah untuk mendukung keberlangsungan UKM yang ditutup.

“Kami mendukung dan membantu bapak ibu untuk mengakses Dana Bergulir Sektor Koperasi UMKM untuk membantu pengusaha tempe meningkatkan permodalan,” ujar Aria Bima.

Baca Juga: KJRI Osaka Apresiasi Dukungan Akademisi dalam Ciptakan Ketahanan Pangan dan Promosi Tempe di Jepang

Saat itu, Eko Parmono, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia (DPC Hipmikindo), mengatakan kepada Pemkab Bekasi bahwa pengusaha kecil dan menengah asal tempe mengeluhkan tingginya harga kedelai.

Mereka (pengusaha kecil menengah tempe) berharap harga kedelai bisa stabil dan kembali ke level sebelum pandemi Covid-19.

“Keinginan kami adalah agar harganya tetap sama seperti sebelumnya, yaitu. hingga Rp8.000 (kg). Kalaupun ada kenaikan, mereka mengharapkan maksimal Rp90.000,” jelasnya.

Baca Juga: Polisi Usut Tuntas Penimbun Kedelai, Yang Memicu Mogok Produsen Tahu dan Tempe

Harga Kedelai Tinggi Banget

Alasannya, tambah Eko, tingginya harga kedelai membuat produsen tempe skala kecil dan menengah kesulitan mengimbangi biaya produksi.

“Yang kami dapat dari teman-teman di lapangan, harga (kedelai) saat ini biasanya tinggi, sehingga mereka tidak bisa mengimbangi biaya produksi, sehingga tenaga penjualan mereka menurun,” ujarnya.

Ia menjelaskan, sebelum pandemi merebak, harga kedelai hanya sekitar Rp700.000/kuintal. Namun pada Agustus 2022, harga kedelai melonjak menjadi Rp 1,4 juta/kuintal.

Baca Juga: Bharada E Dituntut 12 Tahun Penjara, JPU Menilai Dia Sebagai Eksekutor Pembunuhan Brigadir J

"Hari ini mereka baru beli bahan tadi pagi, Rp1,2 juta/kuintal, masih belum mencapai biaya produksi," ujarnya.

Sementara itu, pengusaha tempe, Siti Tohiroh, mengaku menutup tokonya karena tidak mampu lagi membeli bahan baku.

Ia bahkan harus meminjam modal dari bank keliling dengan bunga yang sangat tinggi untuk melanjutkan produksi.

Baca Juga: Inter Milan Kalahkan Rivalnya ACMilan 3-0, Inter Menangkan Piala Super Italia

“Modal bisa pinjam ke bank keliling, bunganya sampai 30 persen. Misalnya pinjam 1 juta rubel, dikembalikan 1,3 juta rubel,” kata Siti.

Ia sangat berharap harga komoditas kedelai segera stabil sehingga pengusaha kecil dan menengah tempe bisa mendapatkan keuntungan yang lumayan.

Sebab, jika harga kedelai masih tinggi, dilansir PortalLebak.com dari dpr.go.id, para pengusaha tampak bingung harus berbuat apa.

Baca Juga: Fakta-Fakta, Bagaimana Bos Mafia top Messina Denaro Lolos dari Pengadilan Selama 30 Tahun

Selain itu, ia berharap negara mendukung mereka (produsen tempe kecil dan menengah) dengan permodalan dan fasilitas produksi yang modern.

“Dikecilin (ukuran tempe) tidak laku, digedein tidak bisa untung apa-apa,” pungkas Siti.***

Editor: Dwi Christianto

Tags

Terkini

Terpopuler