Protes Kudeta Militer di Sudan Tercatat 12 Orang Meninggal, Saksi Mata Sebut Tentara Pakai Senjata Berat

1 November 2021, 23:08 WIB
aksi unjuk rasa masyarakat Sudan yang memprotes kudeta militer terhadap pemerintahan sipil era Perdana Menteri Abdalla Hamdok /Foto: Twitter/ @MendyAhbizzy/

PORTAL LEBAK - Kudeta militer di Sudan sudah berlangsung selama sepekan sejak 25 Oktober 2021. Krisis politik dimulai dengan penangkapan Perdana Menteri Abdalla Hamdok serta membubarkan kabinet pemerintahan.

Merespon aksi kudeta tersebut banyak masyarakat Sudan melakukan demonstrasi besar-besaran memprotes tindakan yang dilakukan oleh militer Sudan.

Dalam aksi protes pengambil-alihan kekuasaan oleh militer tersebut masyarakat sipil banyak yang menjadi korban, bahkan dikabarkan mengakibatkan korban meninggal dunia.

Baca Juga: Pasca Kudeta Militer di Sudan Akses Internet Masih Terputus, Kapan Shutdown Berakhir?

Dilansir PortalLebak.com dari Radio Dabanga Sudan, menurut Perhimpunan Dokter di Sudan, hingga hari Minggu, 31 Oktober 2021, korban tewas tercatat sudah ada 12 jiwa dan ratusan orang mengalami luka.

Ikatan Dokter Sudan mengatakan tiga demonstran tewas oleh tembakan tentara yang berjaga mengamankan protes masyarakat di kota Khartoum, ibu kota Sudan.

Salah satu korban bernama Jamal Abdelnasir berumur 22 tahun meninggal seketika dengan luka tembak di bagian kepala saat berunjuk rasa.

Baca Juga: Tesla Jadi Perusahaan Tercepat Kedua Dalam Sejarah yang Berhasil Capai Valuasi Triliunan Dolar

Sementara korban luka-luka saat ini dilaporkan mencapai 165 orang yang tersebar di kota Khartoum, El Gedaref, Kassala, dan Omdurman.

Ditambahkan oleh data pihak Rumah Sakit East Nile di Khartoum utara, tercatat dari 105 korban, ada 6 orang masih kondisi kritis.

Dari keenam korban kritis tersebut, tiga orang harus mengalami kelumpuhan, dan tiga lainnya masih ditangani dengan luka pada anggota badan setelah ditembak.

Baca Juga: Amnesty Interasional: 'AS/Inggris Lepaskan dakwaan, hentikan ekstradisi dan bebaskan Julian Assange'

Namun di pihak lain, Polisi membantah data yang disebutkan Komite Dokter Sudan tersebut, khususnya korban meninggal akibat tertembak.

Pihak kepolisian Sudan menyebut hanya menggunakan gas air mata dalam membubarkan demonstran karena telah menyerang polisi dan merusak bangunan penting.

Namun polisi menyangkal bahwa mereka tidak menggunakan peluru tajam dalam membubarkan massa, dan malah merilis bahwa ada anggota polisi yang terkena peluru tajam.

Baca Juga: Laporan Bank Dunia Menyebut Pemerintah Mesir Menutupi Jumlah Kematian Akibat Covid-19

Seperti medan perang, stabilitas negara di Sudan belum kondusif hingga saat ini. Saksi mata mengatakan pasukan militer bahkan sampai menggunakan senjata berat untuk menangani protes masyarakat.***

Editor: Jefry Agustinus Alexander B

Sumber: Dabanga Sudan

Tags

Terkini

Terpopuler