Jepang Angkat Menteri Kesepian, Setelah Jumlah Kematian Wanita Melonjak di Masa Pandemi

- 14 Februari 2021, 02:56 WIB
Tetsushi Sakamoto, menteri yang bertanggung jawab atas revitalisasi regional dan meningkatkan angka kelahiran Jepang, telah diberi tugas dengan tantangan lain yang sulit: mengurangi kesepian.
Tetsushi Sakamoto, menteri yang bertanggung jawab atas revitalisasi regional dan meningkatkan angka kelahiran Jepang, telah diberi tugas dengan tantangan lain yang sulit: mengurangi kesepian. /Foto: asia.nikkei.com/Uichiro Kasai/

PORTAL LEBAK - Sebuah laporan menunjukkan kasus bunuh diri di Jepang, meningkat selama tahun 2020, bahkan jumlah wanita dan remaja yang mengakhiri hidupnya melonjak.

Laporan itu menyebutkan bahwa wanita lebih menderita dari pria, dan jumlah kasus bunuh diri berada dalam tren yang meningkat gegara kesepian di masa pandemi Covid-19.

Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga mengambil langkah luar biasa, dengan menunjuk menteri revitalisasi regional Tetsushi Sakamoto, menjadi menteri sementara untuk mengatasi masalah kesepian dan isolasi.

Baca Juga: Paket Wisata Bersekolah dan Bekerja dari Destinasi Wisata Diminati

Baca Juga: Libur Tahun Baru Imlek, Tercatat 264 Ribu Kendaraan Meninggalkan Jabotabek

Ia tak tanggung-tanggung Suga meminta Tetsushi mengidentifikasi masalah dan mempromosikan kebijakan secara komprehensif, untuk menanggulangi tingkat kematian yang melonjak itu, seperti PortalLebak.com lansir dari asia.nikkei.com, Sabtu 13 Februari 2021.

Langkah yang dilakukan perdana menteri di Negeri Matahari Terbit itu, Jepang berencana mengadakan forum darurat pada akhir Februari. Kemudian mendengarkan para ahli dan membahas langkah-langkah dukungan guna mencegah kesepian dan isolasi sosial serta melindungi hubungan antarmanusia.

Sejumlah peneliti mengatakan wanita di Jepang cenderung bekerja di sektor jasa dan ritel, sehingga mereka lebih rentan kehilangan pekerjaan selama pandemi.

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 untuk Komorbid dan Lansia Bisa Dilakukan, Ini Ketentuan Kemenkes

Baca Juga: Ini Dia, Aplikasi Charger.IN Untuk Mudahkan Pengisian Kendaraan Bermotor Listrik

Selain itu, mereka biasanya membawa beban lebih dalam pekerjaan rumah dan pengasuhan anak. Pandemi memaksa mereka menghabiskan lebih banyak waktu di rumah. Hal itu membuat kondisi mereka semakin memburuk.

Sebelumnya, menurut data terbaru, angka bunuh diri wanita Jepang meningkat 14,5 persen, dengan jumlah total mencapai 6.976 orang atau tertinggi dalam lima tahun. Sementara kasus bunuh diri pria turun satu persen menjadi 13.943 orang selama 11 tahun berturut-turut.

Tingkat bunuh diri cenderung lebih rendah pada paruh pertama tahun 2020. Namun memasuki Juli dan seterusnya, jumlahnya mulai meningkat karena dampak wabah virus korona melanda.

Baca Juga: SBY Ikut Bicara Soal Tantangan Mengkritik Presiden Jokowi, Ini yang Dia Katakan

Baca Juga: PLTU Suralaya Cilegon Kekurangan Batubara, Komisi VII DPR Nilai PLN Kurang Antisipatif

Oktober adalah bulan terburuk karena total kasus bunuh diri mencapai 2.153 orang. Itu menjadi kasus total bulanan tertinggi dalam lebih dari lima tahun.

Sebagai tanggapan segera atas data tersebut, pejabat Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang mengatakan, selain mendukung ekonomi dan kehidupan sehari-hari, pemerintah akan memperluas layanan konsultasi dan memperkenalkan organisasi pendukung kepada orang-orang yang membutuhkan.***

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x