Peneliti Temukan Virus Purba Berumur 15.000 Tahun di Dalam Gletser dan Lapisan Es Sebelum Menyebar

- 22 Agustus 2021, 14:35 WIB
Ilmuwan mikrobiologi temukan virus purba berusia hampir 15.000 tahun yang terperangkap di dalam gletser dan lapisan es di Dataran Tinggi Tibet
Ilmuwan mikrobiologi temukan virus purba berusia hampir 15.000 tahun yang terperangkap di dalam gletser dan lapisan es di Dataran Tinggi Tibet /Foto: Ohio State University/

PORTAL LEBAK - Para ilmuwan mikrobiologi coba untuk mengekstrak sejumlah virus purba dan mikroba purba lainnya yang terperangkap di dalam gletser di Dataran Tinggi Tibet.

Gletser yang dimaksud dikenal sebagai lapisan es di Guliya dan para peneliti mengumpulkan inti es mereka dari puncak setinggi 6,7 km. Sampel inti es dari glester ini diyakini terdapat virus dan makluk hidup tak kasat mata lainnya yang usianya hampir 15.000 tahun.

Menurut peneliti ahli mikroba, yang diterbitkan minggu lalu di jurnal Microbiome, banyak virus yang tak pernah diketahui para peneliti sekarang ini.

Baca Juga: Empat Gunung Berapi Bergejolak di Kepulauan Aleutian Alaska, Tiga Gunung Level Oranye

"Gletser ini terbentuk secara bertahap, dan bersama dengan debu dan gas, banyak, banyak virus juga tersimpan di es itu,” kata penulis studi Zhi-Ping Zhong, ahli mikrobiologi di Ohio State University.

Menurut Zhi-Ping Zhong, agenda mereka adalah coba menggali fakta untuk dapat menggambarkan kondisi lingkungan masa lampau dimana virus menjadi bagian tersebut.

"Gletser di Cina barat tidak dipelajari dengan baik, dan tujuan kami adalah menggunakan informasi ini untuk mencerminkan lingkungan masa lalu. Dan virus adalah bagian dari lingkungan itu," lanjut Zhong.

Baca Juga: Dua Bayi Buaya Albino yang Menetas di Kebun Binatang Berasal Dari Perkawinan Induk Pengidap Albinisme

Sebenarnya penelitian sebelumnya yang mencari komunitas mikroba purba dalam es telah dilakukan namun penelitian tersebut terganggu oleh kontaminasi karena alasan yang sama dengan mikroba yang dapat ditemukan. di dalam es: mereka ada di mana-mana.

Pada penelitian kali ini menggunakan teknik baru untuk menghindari kontaminasi yang melibatkan menghilangkan lapisan luar es dari setiap inti dan kemudian memandikannya dalam campuran alkohol dan air untuk mensterilkan permukaan.

"Biomasnya sangat rendah sehingga apa pun yang Anda kontaminasi di luar akan berada pada konsentrasi yang jauh lebih tinggi daripada apa pun di dalam inti es," Scott O. Rogers, ahli biologi mokuler di Bowling Green State University.

Baca Juga: Pemerintah Mesir Pindahkan Perahu Raja Khufu Berusia 4.600 Tahun Ke Museum Giza

Ketika tim menganalisis inti es sedalam 1.017 kaki, para peneliti menemukan materi genetik dari 33 virus berbeda yang telah dibekukan selama hampir 15.000 tahun, 28 di antaranya baru bagi dunia sains.

Tim peneliti ini pun menanggapi dengan pandemi virus saat ini dengan kegiatan mereka yang ingin menemukan virus yang memfosil. Mereka mengatakan tak perlu khawatir tentang eksperimen yang mereka lakukan.

"Cara kami bekerja dengan inti ini, [virus] segera 'dibunuh' oleh kimia ekstraksi asam nukleat, sehingga virus tidak aktif," kata penulis studi Matthew Sullivan, seorang ahli mikrobiologi di Ohio State University.

Baca Juga: Forum Internasional Bertema Wanita Penghibur Digelar Pemerintah Kota Seoul Secara Online

Kondisi bumi dengan isu 'pemanasan global'-nya sebenarnya yang paling dikhawatirkan para peneliti mikrobiologi ini.

Pasalnya gletser dan lapisan es yang mencair menurut tim berpotensi melepaskan virus purba yang masih terperangkap di dalam lapisan es dapat kembali aktif karena tidak sempat dinonaktifkan atau dilemahkan.

Para peneliti pun berpendapat kemungkinan nyata dan berbahaya bahwa salah satu patogen yang dicairkan ini bisa saja menginfeksi manusia dan menyebabkan kerusakan.

Baca Juga: Kebakaran Hutan Hebat Selama 4 Hari di Turki, KBRI Ankara Laporkan Tak Ada WNI Menjadi Korban

Namun, virus yang dijelaskan dalam makalah ini serta dalam penelitian sebelumnya telah diarahkan untuk menginfeksi bakteri dan amuba daripada inang yang lebih besar seperti halnya manusia.

Selain itu, virus yang ditemukan di inti es Tibet perlu disesuaikan untuk bertahan hidup dalam suhu yang sangat dingin, yang akan sangat membatasi kemampuan mereka untuk menyebar ke lokasi baru di planet ini.

Dengan mempelajari mikroba berusia ribuan tahun ini, Sullivan mengatakan bahwa dia dan rekan penulisnya berharap untuk lebih memahami laju evolusi virus dan untuk lebih memahami komunitas mikroba di masa lalu.

Baca Juga: Taliban Umumkan 'Perang telah berakhir' Saat Presiden Afghanistan dan Diplomat Melarikan Diri dari Kabul

"Kami hanya tahu sedikit tentang virus dan mikroba di lingkungan ekstrem ini, dan apa yang sebenarnya ada di sana," kata Lonnie Thompson, penulis senior studi dan ilmuwan bumi di Ohio State University.

"Dokumentasi dan pemahaman tentang virus dan mikroba ini sangat penting untuk mengetahui bagaimana bakteri dan virus merespons perubahan iklim? Dan apa yang terjadi ketika kita beralih dari zaman es ke periode hangat seperti yang kita alami sekarang," tutup Lonnie Thompson.***

Editor: Jefry Agustinus Alexander B

Sumber: Smithsonianmag.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x