PBB desak negara-negara untuk perlindungan spesies saat perubahan iklim kian mendesak

- 10 Oktober 2021, 20:01 WIB
Kebakaran hutan di hutan hujan Amazon di Brasil. Pemandangan dari udara menunjukkan sebidang hutan hujan Amazon yang gundul di Negara Bagian Rondonia, Brasil 28 September 2021.
Kebakaran hutan di hutan hujan Amazon di Brasil. Pemandangan dari udara menunjukkan sebidang hutan hujan Amazon yang gundul di Negara Bagian Rondonia, Brasil 28 September 2021. /Foto: REUTERS/ADRIANO MACHADO/

Terutama setelah pemerintah gagal menyelesaikan salah satu target keanekaragaman hayati 2020 yang disepakati di Aichi, Jepang satu dekade sebelumnya.

"Saat ini, sebagian besar negara menghabiskan lebih banyak dana untuk mensubsidi kegiatan yang menghancurkan keanekaragaman hayati daripada yang kita belanjakan untuk melestarikannya - ini harus berubah," ujar David Cooper.

Baca Juga: Tyson Fury Pukul KO Deontay Wilder di ronde ke-11 dan mempertahankan gelar Tinju WBC

Perserikatan Bangsa-Bangsa ingin negara-negara berkomitmen untuk melindungi 30 persen dari tanah mereka pada tahun 2030.

Sebuah janji yang telah disetujui oleh Amerika Serikat dan lainnya, namun China belum membuat komitmen.

Meskipun China telah menerapkan sistem "garis merah perlindungan ekologis" yang telah menempatkan 25 persen wilayahnya di luar jangkauan pengembang.

Baca Juga: Jamin Pilkades Aman dan Kondusif, Kapolda Banten Pimpin Patroli Skala Besar

Cooper mengatakan kepada wartawan bahwa penting bagi semua negara untuk melindungi lebih banyak ekosistem mereka.

Tetapi itu tak akan cukup memperbaiki hilangnya keanekaragaman hayati, dengan mengatakan lebih banyak komitmen diperlukan untuk mengelola 70 persen lainnya.

Dia mengatakan pandemi global telah menyuntikkan urgensi baru ke dalam perlindungan keanekaragaman hayati.

Halaman:

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah