Baca Juga: Begini Cara dan Aturan Seleksi Calon Aparatur Sipil Negara ASN 2021
IPN menyebut, kerangka ini milik para biarawati karena berdasarkan dokumen-dokumen bersejarah, usia, jenis kelamin, dan adanya benda-benda religius yang biasa terdapat pada Biarawati.
Artefak religius termasuk pakaian yang terkait dengan orde St. Catherine, rosario kecil dengan manik-manik yang dipoles, rosario besar yang dikenakan pada ikat pinggang, salib bertahtakan logam, dan dua medali bergambar keluarga suci dari Yusuf, Maria, dan Yesus.
Ketika Jerman mulai mundur dari Polandia pada 1944, Soviet mengambil kesempatan untuk menguasai negara tersebut. Teror massal pun terjadi di wilayah yang diduduki oleh Soviet tersebut.
Baca Juga: Tanggapan AHY: KLB Partai Demokrat Ilegal
Baca Juga: Polri Tengah Cek Izin Penyelenggaraan KLB Partai Demokrat
Menurut Institut Warsawa, sebuah pengamat geopolitik di Polandia, saat Tentara Merah memasuki Polandia, mereka memulainya dengan menjarah dan membakar gereja serta bangunan keagamaan lainnya. Dan para Biarawati diperlakukan dengan kejam saat invasi tersebut.
Pada bulan Februari 1945, Tentara Merah mendatangi rumah sakit yang berada di Gdansk-Wezeszcz, Olsztyn dan Orneta, dimana para Biarawati dari St. Catherine bertugas sebagai perawat.
Tentara Merah menyerang para pasien yang sedang dirawat dengan memukul dan menikam mereka. Menurut IPN, para Biarawati diintervensi dengan berbagai kekerasan, seperti Suster Rolanda yang dimutilasi dan bengkak hingga tidak dapat dikenali, dan Suster Gunhilda yang ditembak tentara 3 kali.
Baca Juga: Investigasi Kecelakaan F-1: Mengapa Mobil Haas Romain Grosjen Terbakar Hebat