PORTAL LEBAK - Silaturahmi Joko Widodo (Jokowi) dengan 5 Partai di kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Amanat Nasional atau PAN adalah panggung drama politik babak kesatu untuk membangun koalisi besar.
Babak kesatu Koalisi Besar
Koalisi Besar tersebut, seperti yang pernah disampaikan oleh Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto pada hari peringatan KUDATULI 1996, tanggal 27 Juli 2022 lalu.
"Menurut dugaan Dulur Ganjar Pranowo (DGP) pada saat itu juga, bahwa Koalisi Besar yang dimaksud oleh Hasto terdiri dari partai pendukung pemerintah dikurangi Partai NasDem," pungkas Penasehat DPP DGP, Sabar Mangadoe dari keterangan tertulis yang diterima PortalLebak.com.
Baca Juga: Prabowo Subiato: Saya Temukan Kesamaan Frekuensi di Antara Para Pemimpin Partai Politik
Koalisi Besar yang terdiri dari 6 Partai yakni: PDI Perjuangan (di bawah kendali Megawati Soekarnoputri), bersama Golkar, PPP dan PAN atau #KIB dibawah kendali Luhut Binsar Panjaitan (LBP), dan Gerindra dan PKB atau #KKIR dibawah kendali Prabowo Subianto.
"Alhasil, Megawati dibantu LBP dan Prabowo disebut sebagai #TriumviratPANCASILA," analisa Sabar, Senin, 4 April 2023.
Babak Kedua Koalisi Besar
Selanjutnya, DGP menduga panggung drama politik Babak Kedua Koalisi Besar akan digelar menjelang ataupun pada saat Megawati Soekarnoputri mengumumkan nama calon presiden (capres) yang diusung PDI Perjuangan.
Baca Juga: Megawati Absen Saat Pertemuan Para Ketua Umum Partai yang Dinisiasi DPP PAN, Ini Alasannya
"Di saat ini, maka ke-5 Partai yang hadir pada Silaturahmi di DPP PAN pada Babak Kesatu, yaitu #KIB & #KKIR akan bergabung bersama PDI Perjuangan menjadi Koalisi Besar yang dimaksud oleh Hasto," ujar Sabar.
"Koalisi Besar ini akan bersepakat dan bertekad kuat dan bulat bahwa "Siapapun Wakil Presidennya, Ganjar Presiden-nya. Ganjar Penerus Jokowi!!" tambahnya.
Penilaian Sabar, Skenario Ke-1 atau Skenario Ke-2
Berdasarkan strategi politik #TriumviratPANCASILA yaitu Megawati Soekarnoputeri, dibantu Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) dan Prabowo Subianto.
"Sehingga #Hanya2POROS, atau Hanya 2 Paslon Capres/Cawapres dengan pilihan Skenario Ke-1 terjadilah," kata Sabar.
"Yaitu Koalisi Besar ini akan melawan Koalisi Perubahan untuk Persatuan atau #KPP yang terdiri dari Partai Demokrat, PKS dan NasDem yang akan mengusung Anies Baswedan sebagai Capres," paparnya.
Sedangkan untuk Skenario Ke-2, menurut Sabar, Partai NasDem akan tinggalkan Demokrat dan PKS untuk bergabung bersama Koalisi Besar.
Baca Juga: 10 Kekuatan Zikir, Amalan Ibadah yang Dianjurkan Rasulullah Muhammad SAW
Akibatnya Koalisi Perubahan untuk Persatuan atau #KPP pada akhirnya otomatis bubar dengan sendirinya.
Karena Demokrat dan PKS hanya punya total 104 kursi, tak memenuhi syarat mengajukan Paslon Capres dan Cawapres. Syaratnya punya minimal 115 kursi DPR-RI 2019-2024.
"Dengan demikian maka Pilpres 2024 akan berlansung tanpa Demokrat dan PKS. Tanpa adanya nama Anies dan AHY. Pilpres 2024 tanpa Politik Indentitas." tegas Sabar.
Sabar menegaskan lebih lanjut bahwa Skenario Ke-2 ini akan menghasilkan kondisi kompetisi politik Pilpres dan Pileg Serentak 2024 atau Pemilu Serentaj 2024 yang paling bagus bagi kepentingan rakyat, bangsa dan negara. Yaitu terutama Pilpres 2024 tanpa atau minimal praktek politik indentitas.
"Tapi pertanyaan berikutnya, apakah Skenario Ke-1 atau Skenario Ke-2 yang akan terjadi, biarkanlah sang waktu yang menentukannya," jelas lebih lanjut Sabar.
Masyarakat, menurut Sabar, sebagai penonton panggung-panggung drama politik yang digelar oleh berbagai pihak pemangku kepentingan hanya bisa menerka-nerka hasil akhirnya.
Kenapa Ketum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri Tidak Hadir
Sebelumnya, Para Petinggi PDI Perjuangan tidak tampak hadir di acara silaturahmi Presiden Jokowi dan para ketua umum (ketum) partai politik (parpol) yang digelar di DPP PAN, Jakarta Selatan (03-04-2023).
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menjelaskan alasan tidak ada petinggi partai berlambang banteng yang hadir di acara itu.
Hasto awalnya mengkonfirmasi bahwa PDI Perjuangan memang mendapatkan undangan untuk hadir di acara PAN.
Namun, dia menyebut acara tersebut hanya ditujukan kepada Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri sehingga tak bisa diwakilkan.
Hasto mengatakan Megawati memang sudah punya acara yang lebih dulu dijadwalkan. Kemudian, kata dia, karena undangan hanya ditujukan kepada Megawati, maka tidak ada satupun kader yang bisa mewakilkan.
"Karena tidak bisa diwakilkan, maka Ibu Megawati yang kebetulan beliau ada acara yang sudah dijadwalkan sebelumnya, sehingga tidak bisa hadir," kata Hasto.
Baca Juga: Pembalap Alex Marquez Meraih Pole Position Pertama pada Kualifikasi MotoGP di Argentina
au ada acara yang sudah dijadwalkan sebelumnya, sehingga tidak bisa hadir," kata Hasto.***