Sesak napas gejala PPOK ternyata berbeda dengan sesak napas normal, ini Penjelasannya

27 November 2023, 12:52 WIB
Orang yang mengalami sesak nafas/ /Unsplash /


PORTAL LEBAK - Direktur studi pascasarjana Universitas YARSI, Profesor Dokter Tjandra Yoga Aditama, SpP(K) mengatakan sesak napas dan asma merupakan gejala penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang berbeda dengan sesak napas normal.

“Bedanya, sesak napas pada asma akan hilang sama sekali di luar waktu serangan asma, sedangkan sesak napas pada PPOK akan selalu ada,” ujarnya kepada ANTARA melalui pesan elektronik, Rabu.

PPOK ditandai dengan melambatnya aliran udara yang tidak dapat sepenuhnya dibalik, dan perlambatan aliran udara ini seringkali bersifat progresif dan berhubungan dengan respons peradangan abnormal terhadap partikel atau gas yang mengiritasi.

Baca Juga: Ketua Dewan Pers Prof Azyumardi Azra Sesak Nafas Saat di Perjalanan, Dirawat di RS Serdang Malaysia

Selain sesak napas, mereka yang mengalami PPOK juga bergejala antara lain batuk-batuk selama 2 minggu, batuk berdahak dan apabila mengalami perburukan gejala maka bertambahnya sesak napas, kadang-kadang disertai mengi dan bertambahnya batuk disertai meningkatnya dahak.

Sementara gejala non-spesifik PPOK yakni lesu, lemas, susah tidur, mudah lelah dan depresi. Profesor Tjandra lalu menuturkan bahwa sudah banyak data ilmiah yang menunjukkan bahwa polusi udara dapat memperburuk keadaan PPOK pada seseorang.

"Juga akan lebih sering eksaserbasi (perburukan atau kekambuhan gejala) dan lebih berat keluhan sesak napasnya," tutur dia, seperti dikutip PortalLebak.com dari Antara.

Baca Juga: Mbak You Meninggal Dunia di RS Premier Bintaro, Sebelumnya Dikabarkan Sesak Nafas

Selain itu, seorang pasien PPOK yang terkena COVID-19 juga akan dapat menjadi lebih berat COVID-19 nya. Memang PPOK merupakan salah satu penyakit penyerta yang memperburuk kondisi seseorang terkait COVID-19.

Selanjutnya, bertepatan dengan perayaan PPOK secara global, Tjandra mengingatkan kembali hadirin bahwa PPOK merupakan penyebab kematian utama di seluruh dunia dan merupakan masalah kesehatan paru-paru yang serius.

Ia terus memperingatkan dunia tentang PPOK dengan tema “Bernafas adalah kehidupan – Bertindak lebih cepat” yang menunjukkan pentingnya peran pernapasan dalam kehidupan dan PPOK harus dihindari.

Baca Juga: TPN Ganjar Tak Pernah Minta Pj Bupati Sorong Tandatangani Pakta Integritas

Menurut Tjandra, jika tidak dapat dicegah, maka PPOK harus segera didiagnosis, jika terdiagnosis perlu ditangani dengan baik oleh fasilitas kesehatan agar pasien PPOK dapat menjaga kualitas hidup sesuai kemampuannya.
.
“Jika pasien PPOK tidak terdeteksi dan didiagnosis sejak dini, maka keterlambatannya akan meningkatkan risiko eksaserbasi, meningkatkan penyakit penyerta, dan bahkan biaya pengobatan yang lebih mahal,” ujarnya.

Tjandra menambahkan, kebiasaan merokok merupakan faktor utama yang berhubungan dengan kejadian dan perburukan PPOK, sehingga orang-orang diharapkan memanfaatkan momentum Hari PPOK sedunia pada 15 November ini untuk berhenti merokok.

Baca Juga: Usia 4 Tahun PRMN, Portal Lebak Terus Kembangkan Ekosistem Jurnalistik Bermartabat

Kemudian, selain merokok sebagai faktor penyebab utama PPOK, masih ada faktor risiko PPOK yakni riwayat keluarga, riwayat infeksi paru-paru dan saluran napas ketika anak-anak, kekurangan enzim alfa 1 antitripsin serta berbagai jenis polusi udara yang kronik.***

Editor: Dwi Christianto

Tags

Terkini

Terpopuler