"Sama halnya, menikah atau tidak adalah keputusan masing-masing individu. Kami telah meliberalisasi kebijakan di sini dan saya tahu banyak wanita lajang melakukan IVF," ujarnya.
Prihatin dengan penurunan populasi pertama China dalam enam dekade dan penuaan yang cepat, penasihat politik pemerintah mengusulkan pada bulan Maret 2022, bahwa wanita lajang dan belum menikah harus memiliki akses ke pembekuan sel telur dan perawatan IVF, di antara layanan lainnya.
Para pemimpin China belum mengomentari rekomendasi tersebut secara terbuka, karena liberalisasi IVF secara nasional dapat menimbulkan lebih banyak permintaan untuk perawatan kesuburan di tempat yang sudah menjadi pasar terbesar dunia.
Baca Juga: Iran dan Arab Saudi Rujuk Ditengahi China, Sabar Mangadoe: Ini Berita Baik Dunia
Padahal China telah menekan layanan kesuburan yang terbatas. Beberapa investor di industri melihat peluang untuk berkembang.
"Jika China mengubah kebijakan mereka untuk mengizinkan wanita lajang memiliki anak, ini dapat mengakibatkan peningkatan permintaan IVF," kata Yve Lyppens, direktur pengembangan bisnis untuk Asia Pasifik di INVO Bioscience.
Perusahaan tersebut sedang menunggu persetujuan peraturan untuk meluncurkan teknologi IVF, di China, setelah menandatangani perjanjian distribusi dengan Onesky Holdings yang berbasis di Guangzhou tahun lalu.
"Namun, jika tiba-tiba ada peningkatan, China akan memiliki masalah kapasitas yang lebih besar," ungkap Yve.