Rekor Arus Balik Tertinggi di Jalan Tol Terjadi 4 Hari Setelah Lebaran 2022

8 Mei 2022, 20:00 WIB
Jasa Marga Tollroad Command Centre (JMTC) dilengkapi dengan ATMS (Advanced Traffic Management System), yaitu sebuah sistem yang akan menganalisis kondisi kepadatan di jalan tol dengan menghitung data volume kendaraan, dibandingkan dengan kapasitas jalan tol. /Foto: Jasa Marga/Handout Humas/


PORTAL LEBAK - Rekor arus balik tertinggi di sepanjang sejarah jalan tol di Indonesia kembali terjadi pada hari Sabtu, 7 Mei 2022, atau H+4 arus balik Lebaran 2022.

Terdapat kenaikan angka 159 persen dari normal 2021, otomatis mengalahkan rekor tertinggi sebelum pandemi Covid-19.

Pasalnya, tercatat volume lalu lintas kembali ke Jabotabek dari arah Timur (Surabaya, Solo, Semarang, Cirebon dan Bandung) mencapai 170.078 kendaraan.

Baca Juga: Arus Balik Lebaran 2022: One Way Diberlakukan Dari Semarang ke Jakarta, Ini Alternatif Rute Perjalanan Bagi An

Rekor volume arus balik tertinggi sebelumnya pernah terjadi pada Lebaran 2019 sebesar 166.444 kendaraan atau naik 2,2 persen.

Lalu lintas (Lalin) mudik dari arah Timur merupakan lalin kumulatif arus balik di Jalan Tol Jakarta-Cikampek melalui dua gerbang tol.

Gerbang Tol Cikampek Utama untuk pemudik dari arah Jalan Tol Trans Jawa dan GT Kalihurip Utama untuk pemudik dari arah Jalan Tol Cipularang.

Baca Juga: Korlantas Polri: Volume Arus Balik Lebaran 2022 Kian Memuncak

Seperti dilansir PortalLebak.com dari keterangan humas Jasa Marga, berikut rincian arus balik dan volume lalu lintasnya:

- GT Cikampek Utama, dengan jumlah 124.761, naik sebesar 272 persen dari normal 2021 sebesar 33.535 kendaraan

- GT Kalihurip Utama, dengan jumlah 45.317 kendaraan, naik sebesar 41 persen dari normal 2021 sebesar 31.968 kendaraan

Baca Juga: Ikatan Cinta 8 Mei 2022: Kata Pertama Askara, Ingatkan Pada Aldebaran

Juru Bicara Jasa Marga, Dwimawan Heru menyatakan hari Minggu, 8 Mei 2022 atau H+5, diperkirakan masih akan terjadi kenaikan volume kendaraan.

Pasalnya, Jasa Marga telah memprediksi sejak awal, bahwa puncak arus balik akan terjadi pada hari Minggu ini.

Meski demikian, lonjakan volume di Jalan Tol Jakarta-Cikampek luar biasa, namun kondisi lalu lintas dapat dikendalikan.

Baca Juga: One Way Berlaku di Km 442 SS Bawen Jalan Tol Semarang-Solo sd Km 28 Jalan Tol Jakarta Cikampek Arah Jakarta

“Ini yang membedakan dari 2019. Pada tahun 2019 untuk mengurai lalin sebesar ini dibutuhkan waktu hingga 24 jam, menguras kepadatan luar biasa yang terjadi di berbagai segmen Jalan Tol Jakarta-Cikampek,” ungkap Heru.

“Tahun ini dengan perencanaan yang lebih matang, dan koordinasi yang jauh lebih intensif, relatif tidak terjadi kepadatan yang berarti di Jalan Tol Jakarta-Cikampek,” papar Heru.

Dia menambahkan Jalan Layang MBZ sepanjang 38 km yang saat ini digunakan, juga mendukung kelancaran perjalanan tahun ini.

Baca Juga: Filipina Berencana Sumbang 5 Juta Vaksin Sputnik V ke Myanmar Sebelum Kadaluarsa

Pada tahun 2019 Jalan Layang MBZ masih dibangun. Saat ini dengan adanya Jalan Layang MBZ menambah kapasitas Jalan Tol Jakarta-Cikampek sebesar 4 lajur untuk kedua arahnya.

Hal ini menambah kapasitas Jalan Tol Jakarta-Cikampek eksisting, dari 6 lajur dua arah, menjadi 10 lajur.

Heru menyatakan ada 2 kunci manajemen arus lalu lintas mudik tahun ini.

1. Penggunaan teknologi terkini dalam bidang road transportation, sebagai “decision support system” yang mendukung keputusan pimpinan puncak di Kepolisian dan Jasa Marga.

Baca Juga: Dorna: Suzuki Tidak Bisa Sepihak Keluar dari MotoGP

Teknologi digunakan untuk memutuskan penanganan volume lalu lintas yang jumlahnya luar biasa.

2. Koordinasi lintas sektoral yang sangat intensif dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan secara komprehensif.

“Tiga bulan sebelum arus mudik, bahkan sebelum adanya keputusan pelonggaran perjalanan antar kota, kami bersama-sama dengan pemangku kepentingan sudah membahas intensif perencanaan arus mudik," papar Heru.

Baca Juga: Penjualan Mobil Listrik (EV) China di Bulan April Melemah Karena Gangguan Covid

"Dilakukan dengan berbagai skenario, untuk mengantisipasi apapun kebijakan Pemerintah Pusat soal mudik”, tambahnya.

Koordinasi itu dijalankan spesial bersama Kepolisian/Korlantas, sebagai pemegang diskresi semua rekayasa lalu lintas.

Mengikutsertakan seluruh pemangku kepentingan lain, seperti Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR, Badan Pengatur Jalan Tol.

Kebijakan melibatkan dinas-dinas Provinsi, seperti Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, dan lain-lain.

Baca Juga: Putri Presiden AS Joe Biden Batal ke Eropa Setelah Kontak dengan Orang yang positif Covid

Koordinasi pada level pengambil kebijakan, didukung sekaligus, melalui pengoperasian di Lebaran tahun ini, konsep Intelligent Transportation System (ITS) yang dimiliki Jasa Marga, di Jasa Marga Tollroad Command Centre (JMTC).

JMTC sebagai “the eye of the tollroad’ mengumpulkan seluruh informasi lalu lintas jalan tol melalui beberapa sumber.

Alat itu seperti pantauan 1.913 CCTV, 26 speed camera, 39 CCTV analytic traffic counting, 19 RTMS (Remote Traffic Microwave Sensor), 7 WIM (Weigh in Motion).

Baca Juga: Rebranding Sebagai Maskapai Full Service, Malindo Air Resmi Ubah Nama Jadi Batik Air Malaysia

Plus, informasi dari laporan petugas di lapangan serta informasi dari pelanggan melalui call center 14080.

Selanjutnya diolah dan disampaikan kembali hasilnya kepada pimpinan puncak untuk pengambilan keputusan serta kepada pengguna jalan tol untuk membantu mereka dalam merencanakan perjalanan.***

Editor: Dwi Christianto

Tags

Terkini

Terpopuler