Sebagai contoh ekspor stainless steel tahun 2021 diperkirakan mengalami peningkatan pesat menjadi 20,8 miliar Dolar AS. Nilainya terpaut jauh sekali jika dibanding mengekspor bahan bakunya (nikel) dalam setahun hanya 1-2 miliar Dolar AS.
Program hilirisasi industri sektor tambang yang dimulai dari menghentikan ekspor bijih nikel menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan membuat permintaan nikel meningkat sebesar 4 juta ton pada 2040.
Produsen kendaraan listrik adalah salah satu pelaku industri yang kebutuhannya terhadap bahan baku nikel meningkat pada 2040. Nikel diperlukan produsen kendaraan listrik sebagai bahan dasar membuat baterai kendaraan listrik.
Oleh karena itu Presiden Jokowi memaksa masyarakat dan investor asing untuk mendirikan industri hilir di Indonesia karena nilai ekspor nikel bisa 14-19 kali lipat dari ekspor bahan mentah.
Kementerian ESDM menargetkan jumlah pembangunan pabrik smelter sebanyak 30 unit dengan nilai investasi 8 miliar Dolar AS.
Untuk mempercepat tercipta lebih banyak industri hilirisasi nikel, ESDM menyediakan kemudahan memperoleh lisensi atau izin usaha melalui Online Single Submission (OSS).
Insentif seperti pengurangan hingga pembebasan pajak PPh (tax holiday) serta pembebasan cukai impor mesin-mesin pendukung beroperasinya smelter juga diharapkan pemerintah dapat mendorong suksesnya kebijakan hilirisasi industri.***