Gedung Capitol Amerika Serikat Diserang, 1 Polisi Tewas

- 4 April 2021, 15:05 WIB
Sebuah mobil berwarna biru menabrak blokade, kemudian tersangka menyerang polisi di depan gedung Capitol di Washington D.C, Amerika Serikat. Satu polisi tewas akibat serangan ini. Di sebelah kiri bawah, insert pelaku bernama Noah Green (25), pada (2/4/2021).
Sebuah mobil berwarna biru menabrak blokade, kemudian tersangka menyerang polisi di depan gedung Capitol di Washington D.C, Amerika Serikat. Satu polisi tewas akibat serangan ini. Di sebelah kiri bawah, insert pelaku bernama Noah Green (25), pada (2/4/2021). /Foto: REUTERS/TOM BRENNER/

PORTAL LEBAK - Seorang pengendara menabrakkan sebuah mobilnya ke polisi di gedung Capitol Amerika Serikat (AS) dan menikamkan pisau, sehingga menewaskan satu polisi dan melukai lainnya.

Akibatnya, petugas pengamanan memperketat dan menutup kompleks Capitol AS, agar terhindar dari serangan susulan, yang menurut polisi tampaknya tidak terkait dengan aksi terorisme.

Dalam serangan itu pun, polisi AS bertindak tegas dan terukur dengan menembak dan membunuh tersangka teror.

Penjabat kepala Kepolisian Capitol AS, Yogananda Pittman, menyatakan tersangka menyerang aparat, kemudian menabrak barikade dan keluar dari kendaraan, menerjang mereka dengan pisau.

Baca Juga: Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo Jadi Ketua Umum Ikatan Sepeda Sport Indonesia PB ISSI

Baca Juga: Makin Meresahkan, Polisi Selidiki Praktik Suntik Payudara Illegal

"Dengan sangat-sangat berat hati saya mengumumkan salah satu petugas kami meninggal karena luka-lukanya," Pittman dalam keterangan pers seperti PortalLebak.com lansir dari Reuters, meski suaranya tercekat karena emosi.

Polisi mengidentifikasi petugas yang terbunuh itu sebagai William "Billy" Evans, seorang veteran perang 18 tahun dan ayah dari dua anak. Para pejabat mengatakan petugas lainnya dalam kondisi stabil dan nyawanya tidak terancam.

"Tampaknya tidak ada kaitannya dengan terorisme, tetapi jelas kami akan terus menyelidiki," kata Robert Contee, penjabat kepala Departemen Kepolisian Metropolitan Washington.

Presiden Joe Biden menyatakan belasungkawa atas serangan itu dan memerintahkan bendera setengah tiang dipasang di Gedung Putih. Dalam sebuah pernyataan, Presiden Joe Biden pun memerintahkan dilakukan penyelidikan atas kasus ini.

Baca Juga: Rancangan Istana Negara di Ibu Kota Baru, Tersirat Filosofi Burung Garuda

Baca Juga: Masa Pendaftaran Penerimaan Anggota Tamtama Jalur Tamtama Bintara dan Akpol Tahun Anggaran 2021 Diperpanjang

Berbagai organisasi media, mengutip sumber anonim, menyebut tersangka sebagai Noah Green, (25) dari Newport News, Virginia. Saudara laki-laki Green mengatakan kepada Washington Post bahwa saudara kandungnya memiliki masalah narkoba, paranoia dan keluarganya mengkhawatirkan kondisi mentalnya.

Menurut laporan media, Green berbicara di Facebook tentang "akhir zaman", anti-Kristus, dan "pengendalian pikiran" pemerintah. Dia juga mengatakan dia menganggur setelah meninggalkan pekerjaannya, "sebagian karena penderitaan," dan memuji pemimpin Nation of Islam Louis Farrakhan.

Facebook mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka menghapus akun tersangka dari Facebook dan Instagram dan melakukan kontak dengan penegak hukum.

Brendan Green mengatakan kepada Washington Post bahwa saudaranya telah sakit parah pada Kamis malam, di apartemen Virginia yang mereka tinggali bersama, dan kemudian mengiriminya pesan teks yang mengatakan bahwa dia berencana menjadi tunawisma.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 3 April 2021: Angga Kembali Selidiki Kasus Pembunuhan Roy Hingga Temui Bukti Ini!

Baca Juga: Sampah Berserakan di Selokan Rangkasbitung Usai Hujan Deras, Ini Sikap Bupati Lebak

Polisi mengatakan tersangka tidak diketahui oleh mereka, dan mereka belum menentukan apa yang memotivasi dia.

"Jelas ini adalah seseorang yang secara aktif mencoba untuk menyerang siapa pun atau apa pun - kami tidak tahu sekarang. Apakah serangan itu pada penegakan hukum, atau siapa pun, kami memiliki tanggung jawab untuk mengungkapnya dan kami akan melakukannya," kata Cotte.

Sebelumnya, pada 6 Januari 2021, ribuan pendukung Presiden Donald Trump menyerbu kompleks ikonik di Washington DC itu. Peristiwa ini merupakan ancaman keamanan terburuk di Capitol, ketika puluhan polisi Capitol terluka, satu tewas dan dua lainnya kemudian terbunuh.

Badan mata-mata AS memperingatkan pada pertengahan Maret 2021 tentang ancaman yang sedang berlangsung dari ekstremis brutal yang bermotif rasial. Gerakan seperti supremasi kulit putih, diduga akan melakukan serangan massal terhadap warga sipil.

Baca Juga: Krisdayanti Sampaikan Pesan Ini Kepada Aurel Hermansyah Sebelum Hari Bahagia

Baca Juga: Trailer Ikatan Cinta 3 April 2021: Andin Pancing Mama Sarah Hingga Misteri Lipstik Elsa Terkuak

Diduga, kelompok milisi itu menargetkan polisi dan personel keamanan serta gedung-gedung pemerintah. Jalan menuju kompleks Capitol diblokir oleh mobil polisi atau petugas lainnya.

Orang-orang di dalam Capitol juga diminta untuk menjauh dari jendela hampir sepanjang sore, sebelum polisi mengumumkan bahwa blokade keamanan telah dicabut.***

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah