Pangeran Arab Saudi MBS Salahkan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Ini Sebabnya

- 18 Juli 2022, 09:49 WIB
Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden AS Joe Biden bertemu di Istana Al Salman setibanya di Jeddah, Arab Saudi, 15 Juli 2022.
Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden AS Joe Biden bertemu di Istana Al Salman setibanya di Jeddah, Arab Saudi, 15 Juli 2022. /Foto: VIA REUTERS/SAUDI ROYAL COURT/

PORTAL LEBAK - Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS) menyatakan kepada Presiden Amerika Serikat Joe Biden, bahwa Arab Saudi telah bertindak mencegah terulangnya kesalahan seperti pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Mohammed bin Salman juga menegaskan bahwa Amerika Serikat juga telah membuat kesalahan, termasuk invasi di Irak, kata seorang menteri Saudi.

Presiden Joe Biden mengatakan pada hari Jumat, bahwa dia memberi tahu Pangeran Mohammed bin Salman bahwa dia bertanggung jawab atas pembunuhan 2018.

Baca Juga: Kilang Minyak Milik Perusahaan Aramco asal Arab Saudi Diserang Houthi, Api Berkobar Hebat

Pembunuhan yang terhadap jurnalis Washington Post Khashoggi di konsulat Saudi AS di Istanbul, tak lama setelah bertukar pukulan dengan penguasa de facto kerajaan.

"Presiden mengangkat masalah ini Dan putra mahkota menjawab bahwa ini adalah episode yang menyakitkan bagi Arab Saudi dan itu adalah kesalahan yang mengerikan," kata Menteri Luar Negeri kerajaan Adel al-Jubeir.

Dilansir PortalLebak.com dari Reutes, mereka yang dituduh dibawa ke pengadilan dan dihukum dengan hukuman penjara, katanya.

Baca Juga: Tahanan Super Ketat Guantanamo yang Dijuluki 'Pembajak ke-20' 9/11 DiEkstradisi ke Arab Saudi

Badan-badan intelijen AS percaya MbS sebagai putra mahkota Arab Saudi tersebut memerintahkan pembunuhan Khashoggi, suatu hal yang dibantahnya.

Jubeir, berbicara kepada Reuters tentang percakapan Jumat antara kedua pemimpin, mengatakan putra mahkota telah membuat kasus bahwa mencoba memaksakan nilai-nilai dengan paksa pada negara lain dapat menjadi bumerang.

"Itu tidak berhasil ketika AS mencoba memaksakan nilai-nilai di Afghanistan dan Irak. Faktanya, itu menjadi bumerang," ungkap Jubeir mengutip pangeran MBS.

Baca Juga: Piala Sepakbola Prabowo 2022, Plt Bupati Bogor: Sepakbola Menyatukan Kita

"Tidak berhasil ketika orang mencoba memaksakan nilai-nilai dengan paksa pada negara lain," tambahnya.

"Negara memiliki nilai yang berbeda dan nilai-nilai itu harus dihormati," kata MBS kepada Biden.

Pertukaran itu menyoroti ketegangan yang membebani hubungan antara Washington dan Riyadh, sekutu terdekat Arabnya, atas beberapa masalah, termasuk Khashoggi, harga minyak yang tinggi, dan perang Yaman.

Baca Juga: Curi Mesin di Kandang Ayam, 6 Pelaku Pencurian di Bogor Dibekuk Polsek Nanggung

Biden, yang mendarat di Arab Saudi pada hari Jumat dalam perjalanan Timur Tengah pertamanya sebagai presiden, mengadakan pertemuan puncak pada hari Sabtu dengan enam negara Teluk dan Mesir, Yordania dan Irak.

Awalnya Joe Biden dinilai meremehkan pertemuannya dengan Pangeran Mohammed. Pertemuan itu telah menuai kritik di dalam negeri atas pelanggaran hak asasi manusia.

Biden telah berjanji untuk menjadikan Arab Saudi sebagai "paria" di panggung global atas pembunuhan Khashoggi pada 2018.

Baca Juga: Intip Komsos Babinsa Koramil 2116 Leuwiliang Bogor dengan Warga Binaan di Sadeng dan Kalong 1

Tetapi pada akhirnya memutuskan bahwa kepentingan AS mendikte peningkatan hubungan dengan pengekspor minyak utama dunia dan pembangkit tenaga Arab.

Setelah KTT, para pemimpin berkumpul untuk foto bersama di mana Biden menjaga jarak dari Pangeran Mohammed.

"Yang Mulia mengatakan kepada Presiden bahwa kesalahan seperti ini terjadi di negara lain dan kami melihat kesalahan seperti ini dilakukan oleh Amerika Serikat di Abu Ghraib (penjara di Irak)," kata Jubeir.

Baca Juga: Polres Lebak Menertibkan Odong-odong yang Masuk ke Jalan Raya

Pangeran Mohammed juga mengangkat pembunuhan jurnalis Palestina-Amerika Shireen Abu Akleh selama serangan Israel di Tepi Barat.

Abu Akleh, yang bekerja untuk jaringan Al Jazeera, ditembak di kepala pada 11 Mei 2022 saat melaporkan serangan Israel di kota Jenin, Tepi Barat yang diduduki.

Warga Palestina percaya dia dibunuh dengan sengaja oleh pasukan Israel. Israel menyangkal tentaranya menembaknya dengan sengaja, dan mengatakan dia mungkin terbunuh oleh tembakan tentara yang salah atau tembakan yang ditembakkan oleh seorang pria bersenjata Palestina.

Jubeir menolak tuduhan bahwa Arab Saudi memiliki ratusan tahanan politik.

Baca Juga: Polisi Bekuk Empat Pelaku Gembos Ban Mobil dan Curi Rp310 Juta di Bogor

"Itu sama sekali tidak benar. Kami memiliki tahanan di Arab Saudi yang telah melakukan kejahatan dan diadili oleh pengadilan kami dan dinyatakan bersalah," katanya.

"Gagasan bahwa mereka akan digambarkan sebagai tahanan politik adalah konyol," tambahnya.

Washington telah melunakkan sikapnya terhadap Arab Saudi sejak Rusia menginvasi Ukraina awal tahun ini, memicu salah satu krisis pasokan energi terburuk di dunia.***

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x