Melalui Festival Tuak Menampik Stigma Negatif dan Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Samosir

- 30 April 2021, 15:49 WIB
Festival Tuak Samosir
Festival Tuak Samosir /Foto Istimewa/

PORTAL LEBAK - Danau Toba, di Sumatera Utara, telah ditetapkan sebagai salah satu dari 5 Destinasi Super Prioritas yang sedang dikembangkan sebagai bagian dari program "10 Bali Baru" yang dicanangkan Pemerintah pusat.

Pemerintah sangat serius menjadikan Sumatera Utara sebagai pusat industri pariwisata dan ekonomi kreatif andalan di Indonesia.

Berbagai acara-acara lokal seperti Festival Danau Toba pun mulai diadakan bahkan rencananya akan rutin diselenggarakan. Namun terlihat menarik jika melihat event yang diinisiasi oleh masyarakat lokal akan diselenggarakan tahun ini. Jika di Jerman ada Oktoberfest, Indonesia punya yang namanya Festival Tuak.

Baca Juga: Polda Sumatera Utara Masih Dalami Kasus Penggunaan Kit Rapid Test Bekas di Kompleks Bandara

Nama Tuak memang terdengar kontroversial, karena beberapa orang terpecah di sisi pro dan kontra jika ditanya pandangannya mengenai tuak. Satu alasannya karena minuman tersebut mengandung alkohol dan sisi lainnya dipandang karena memiliki khasiat atau manfaat.

Menurut Wikipedia, minuman tuak merupakan jenis minuman beralkohol Nusantara dari hasil fermentasi beras ketan, nira, maupun bahan minuman atau buah yang mengandung gula. Khusus di masyarakat Toba, Sumatera Utara, tuak diolah dari pohon aren.

Hampir seluruh wilayah di Indonesia memproduksi minuman tradisional ini, beberapa diantaranya di Banten, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, Bali, Sumatera Utara dan beberapa wilayah lainnya.

Baca Juga: Penerbangan Bersejarah Berhasil Dilakukan Ingenuity, Lokasi Lepas Landas Diberi Nama Bandara Wright Brothers

Meskipun tuak berakohol kandungannya masih dalam batas kewajaran, yaitu berkisar 2 persen hingga 4 persen. Namun semua kembali lagi ke peminumnya, jika dikonsumsi secara berelebihan akan menjadi hal buruk bagi tubuh.

Dalam budaya masyarakat Batak di Sumatera Utara, minuman Tuak ternyata memiliki ikatan. Pada tradisinya tuak selalu hadir dalam upacara atau acara adat, sama seperti di wilayah Kalimantan yang juga dipakai sebagai komponen upacara.

Oleh karena kedekatan minuman tuak dengan acara adat Batak inilah sebuah kelompok sadar wisata yang berisi anak-anak muda bernama Naposo Nainggolan Creative (NNC) berinisiatif mengadakan Festival Tuak.

Baca Juga: CEO Spotify Tunjukkan Keseriusannya Beli Arsenal Dengan Siapkan Dana Rp36 Triliun

Dihubungi PortalLebak.com pada 30 April 2021, seseorang yang merupakan Ketua Panitia Festival Tuak, bernama Pri Septian M Lumbantungkup menjelaskan Festival Tuak diadakan dengan maksud menghilangkan stigma negatif yang menempel pada minuman khas masyarakat di sana.

"Di event ini kita selenggarakan untuk menghilangkan stigma masyarakat terhadap Tuak. Dimana selama ini masyarakat beranggapan tuak itu memabukkan," kata Septian, sapaan akrabnya.

Dijelaskan lebih lanjut, tuak bisa jadi memabukkan karena peminum tidak mengetahui batas maksimal sehingga tidak dapat mengontrol banyaknya tuak yang diminum.

Baca Juga: Polres Banyumas Temukan Dua Pabrik Gula Rafinasi yang Dijual ke Wilayah Jawa Barat Dalam Merek Tertentu

"Minum tuak juga bisa menjadi obat namun dengan cara konsumsi yang baik. Jika ingin mendapat khasiatnya minumlah dengan porsi yang baik," kata Septian.

Selain ingin menghapus stigma negatif, Septian dan masyarakat lainnya di NNC ingin Festival Tuak bisa menjadi wadah edukasi masyarakat di sektor ekonomi kreatif.

Menurutnya, sumber minuman tuak yang diolah dari pohon Aren memiliki nilai lebih lainnya selain dijadikan minuman tuak, misalnya seperti nira, gula aren, bahan makanan pembuatan kue, kolang-kaling, sampai sapu ijuk dan sapu lidi.

Baca Juga: 115 Travel Gelap yang Meninggalkan Jakarta Disita Ditlantas Polda Metro Jaya, Begini Nasib Penumpang

Sehingga Paragat, sebutan bagi masyarakat petani aren dan pengrajin tuak di masyarakat Sumatera Utara, dapat lebih sejarahtera karena mampu memaksimalkan nilai ekonomis dari pohon aren.

"Dengan adanya event ini masyarakat bisa lebih memahami pengolahan pohon aren dan turunannya, dengan begitu pendapatan Paragat dapat meningkat," jelas Septian.

Festival Tuak sendiri akan diselenggarakan pada 4-5 Juni 2021, di Pantai Indah Sipinggan, Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, yang letaknya masih berada di kawasan Danau Toba, dimana menjadi lokasi yang diprioritaskan pemerintah pusat untuk dikembangkan industri pariwisata dan ekonomi kreatifnya.

Baca Juga: Berita Bohong Babi Ngepet Dibuat Seorang Ustadz dan 6 Temannya, AI: Maaf Iman Saya Sedang Turun

Rangkaian acara yang dipersiapkan panitia Festival Tuak 2021 diantaranya akan ada seminar pemanfaatan nilai ekonomi pohon aren dan pelestarian lingkungan di sekitar Danau Toba.

Festival Tuak nanti merupakan festival yang baru pertama kali diadakan di kawasan wisata Danau Toba. Namun sayangnya belum ada perhatian dari pemerintah setempat, gubernur Sumatera Utara, maupun pemerintah pusat.

Kelompok sadar wisata Naposo Nainggolan Creative (NNC)
Kelompok sadar wisata Naposo Nainggolan Creative (NNC)

Baca Juga: Warga Negara India yang Lolos Karantina, Diburu Polisi

Padahal acara-acara lokal jika rutin dilaksanakan akan mampu meningkatkan potensi industri pariwisata di kawasan wisata, seperti di provinsi Bali misalnya.

"Saat ini kita hanya mengandalkan orang-orang baik dan bantuan secara swadaya dari pokdarwis NNC. Semoga nanti Pemda mendukung Festival Tuak ini dan menjadikannya sebagai event tahunan di Kabupaten Samosir," tutup ketua panitia Festival Tuak kepada Portal Lebak.***

Editor: Jefry Agustinus Alexander B


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah