K-Netizens Bantu Netizen Thailand Protes Debut H1-KEY, Karena Sitala—Anggota asal Thailand Dukung Kediktatoran

- 1 Desember 2021, 09:44 WIB
Satu anggota Grup Girl Band KPop, H1-KEY asal Thailand, Sitala, dikritik karena ayahnya mendukung kediktatoran Militer di Thailand.
Satu anggota Grup Girl Band KPop, H1-KEY asal Thailand, Sitala, dikritik karena ayahnya mendukung kediktatoran Militer di Thailand. /Foto: Koreaboo/Kompilasi/

PORTAL LEBAK - Duo hip hop Geeks baru-baru ini mengumumkan bahwa label mereka Grandline Entertainment (juga dikenal sebagai GRDL) akan meluncurkan sub-label, Grandline Group (GLG).

Bersamaan dengan berita itu, mereka juga mengungkapkan rencana mereka untuk mendebutkan girl grup pertama mereka di bawah sub-label baru. H1-KEY pun diluncurkan ke dunia KPop.

Namun, dilansir PortalLebak.com dari Koreaboo, satu anggota H1-KEY asal Thailand, Sitala, menjadi viral karena latar belakangnya.

Baca Juga: BLACKPINK Cetak Rekor Baru, di YouTube Grup Girl band KPop Ini Punya Pelanggan Terbanyak

“Aku tidak mendukungmu. Ayahmu menghancurkan Thailand,” ujar seorang Netizen pecinta KPop asal Thailand.

Mulai 23 November 2021, masing-masing dari 4 anggota H1-KEY diumumkan melaui akun media sosial resmi mereka.

Hal ini menarik perhatian seluruh penggemar yang menantikan mereka. Yel, Seoi, Riina, dan Sitala diperkenalkan dan anggota lainnya, hanyalah sejarah.

Baca Juga: Daftar 5 Artis KPop yang Bisa Berbahasa Inggris dengan Lancar, Mana yang Jadi Bahasa Pertamanya yaa

Sitala mulai menjadi berita utama di seluruh negeri setelah netizen Thailand mengungkap dugaan latar belakang keluarganya.

Tidak hanya ayahnya seorang mantan aktor Thailand terkenal, Sarunyu Wongkrachang, tetapi dia juga seorang peserta aktif dalam politik Thailand.

Lebih khusus lagi, ayah Sitala diduga aktif mendukung dan keterlibatannya terkait kediktatoran kudeta militer Thailand.

Baca Juga: HYBE INSIGHT Memilih Jimin BTS Sebagai Pemandu Bagi Para Pengunjung Mueum KPop

Menyusul berita ini, netizen Thailand di seluruh Twitter mulai membuat penentangan mereka.

Dengan sangat jelas—mereka ingin Sitala keluar dari H1-KEY dan debutnya dibatalkan.

Poster #BANSITALA dengan cepat menyebar ke seluruh akun para pencinta KPop di Twitter.

Baca Juga: Pembalap Formula F1 McLaren Lando Norris, pindah dari Inggris ke Monaco

Namun, di tengah protes Thailand terhadap debut Sitala yang akan datang, sepertinya mereka telah menemukan sekutu mereka.

Setelah mengetahui tentang latar belakang keluarga anggota H1-KEY, netizen Korea mulai mendukung netizen Thailand.

Sehingga K-Netizen mereka mulai mendukung pembatalan debut Sitala, termasuk acara-acara yang akan datang.

Baca Juga: Ini Strategi Amerika Serikat Lakukan 'Perlombaan Senjata Hipersonik' dengan China

Karena topik ini menjadi isu hangat di komunitas online yang berbeda, tidak butuh waktu lama sebelum ratusan netizen Korea mulai meminta penghapusan Sitala.

“Mereka harus menyingkirkannya. Tidak masuk akal jika dia mendukung kediktatoran. Jika tidak, lalu apa — di masa depan, penjahat narkoba dan penjahat kejahatan biru akan dapat bergabung,” ujar seorang netizen @theqoo.

"Bahkan belum 100 tahun sejak kediktatoran terjadi sehingga sama sekali tidak masuk akal untuk mendebutkan putri seseorang yang mendukung kediktatoran ..? Kami pertama kali bermasalah dengan China dan Hong Kong dan sekarang, mereka mencoba untuk mendebutkan seorang diktator Thailand di KPop,” ujarnya.

Baca Juga: Jaringan Bandar Narkoba Aceh Ditangkap, 224,4 kg Ganja Disita Polisi

"Apakah mereka serius ... keluar. F * ck. Putri seorang diktator? Belum terlambat, singkirkan dia.. Jika ada kontroversi dari awal, lebih baik untuk menghapusnya," ungahnya lagi.

Kekecewaan K-Netizen tidak berakhir hanya pada komunitas Korea tetapi, mereka juga memperluas oposisi mereka ke Twitter.

Mereka bersatu untuk mencurahkan dukungan mereka tanpa henti untuk Thailand dan netizen negara gajah putih tersebut.

Baca Juga: Ini 5 Game Virtual Reality Terbaik yang Dirilis Mulai Desember Untuk PlayStation VR

“Aku tidak mendukungmu. Ayahmu menghancurkan Thailand,” ungkap @ki93BH/Twitter.

“Dia tidak memiliki hak untuk mengejar pekerjaan ini,” papar netizen dari Indoensia.

Bersama keluarganya, ayah Sitala diduga mendukung kediktatoran selama 15 tahun terakhir mulai tahun 2006.

"Sekarang, rakyat Thailand membayar harga untuk apa yang dia dan keluarganya lakukan," @seonmin_nx/Twitter

Baca Juga: Berikut Kronologi Oknum Mantan Kades Dugaan Korupsi Dana BLT Rp92 Juta di Lebak Ini Dibekuk Polisi

"Wow. Apakah Anda akan mendukung seseorang yang keluarganya mendukung kediktatoran???” @kungkin_38/Twitter.

Agensi H1-KEY, GLG belum menanggapi kontroversi yang sedang berlangsung di tengah kritik yang terus menerus atas debut Sitala ini.***

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x