“Kami bersyukur, proyek perdana dekomisioning hulu migas bisa digelar dengan lancar tanpa kendala dengan waktu penyelesaian sesuai rencana,” ujar Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dikutip PortalLebak.com dari keterangan tertulis SKK Migas.
Pelaksanaan proyek ini, menurut Dwi, melibatkan SKK Migas sebagai Komite Pendukung Proyek bersama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, termasuk Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Kerjasama SKK Migas dan Pemerintah Korea
Perusahaan KKKS PHKT dalam proses dekomisioning, bekerjasama dengan KHAN Offshore, perusahaan Engineering Procurement Construction asal Korea.
Baca Juga: SKK Migas dan KKKS Sumbagsel Tanam Puluhan Ribuan Pohon Mangrove di Jambi Untuk Dukung Giat G20
“Melalui kolaborasi antara Indonesia dan Korea ini kami berharap ada transfer knowledge dan teknologi, jadi diharapkan Indonesia bisa secara mandiri menjalakan proyek-proyek dekomisioning hulu migas masa mendatang,” jelas Dwi.
Proses kegiatan dekomisioning dimulai pada tanggal 27 September 2022, digelar oleh Kapal Hyundai 2500.
Kegiatan dekomisioning ini dimulai dengan memotong 4 konduktor dan riser, di anjungan migas Attaka EB, pada 4 November 2022, pemotongan telah selesai dilaksanakan.
Kemudian terdapat pemotongan topside anjungan yang selesai pada 8 November 2022, lantas dijalankan pemotongan 3 kaki struktur jacket dan selesai pada 14 November 2022.
“Pada akhir proses pembongkaran, bagian-bagian dari anjungan diangkut dan dibawa ke area dekat kawasan konservasi di lepas pantai Bontang, Kalimantan Timur untuk dijadikan terumbu buatan," papar Dwi.