Media China Kecilkan Tingkat Keparahan Covid, saat WHO Mencari Soal Varian Baru yang Menjangkit

4 Januari 2023, 10:00 WIB
Pasien berbaring di tempat tidur di ruang tunggu di unit gawat darurat Rumah Sakit Zhongshan, di tengah wabah penyakit coronavirus (COVID-19) di Shanghai, China 3 Januari 2023. /Foto: REUTERS/STAFF/

PORTAL LEBAK - Media pemerintah di China mengecilkan keparahan lonjakan infeksi Covid-19 pada hari Selasa, 3 Januari 2023.

Sedangkan para ilmuwan China memberi pengarahan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang telah mencari informasi terperinci tentang evolusi baru virus tersebut.

Lembaga global WHO, telah mengundang para ilmuwan untuk mempresentasikan data terperinci tentang pengurutan virus.

Baca Juga: Ini Ungkapan Warga China, Saat Berunjuk Rasa Soal Pembatasan Akibat Covid-19

Pertemuan kelompok penasehat teknis ini digelar, pada hari Selasa, dan telah meminta China untuk berbagi data tentang rawat inap, kematian, dan vaksinasi.

WHO akan berkomunikasi nanti, mungkin pada jumpa pers hari Rabu, kata juru bicaranya setelah pertemuan.

Juru bicara sebelumnya mengatakan agensi mengharapkan "diskusi terperinci" tentang varian yang beredar di China, dan secara global.

Baca Juga: Usaha Kecil Menengah UKM di Kabupaten Lebak Mampu Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19

Berbanding terbalik China tiba-tiba terjadi lonjakan Covid pada 7 Desember 2022, keakuratan data kasus dan kematiannya, semakin diawasi di dalam dan luar negeri.

Meski demikian, kementerian luar negeri China menyebut pembatasan masuk perjalanan yang diberlakukan oleh beberapa negara sebagai "tidak masuk akal", dengan mengatakan mereka "tidak memiliki dasar ilmiah".

"Kami bersedia meningkatkan komunikasi dengan dunia," kata juru bicara kementerian luar negeri China, Mao Ning kepada wartawan di Beijing.

Baca Juga: Tiga Pasien Covid-19 Dirawat di RSUD Adjidarmo Lebak

China Tolak Statemen Luar

"Tapi kami dengan tegas menentang upaya untuk memanipulasi langkah-langkah pencegahan dan pengendalian epidemi untuk tujuan politik," ujarnya dilansir PortalLebak.com dari Reuters.

WHO telah mendesak pejabat kesehatan China untuk secara teratur membagikan informasi spesifik dan real-time tentang wabah tersebut.

Seorang pejabat Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih tidak mau mengomentari pertemuan hari Selasa, tetapi menggemakan seruan WHO untuk informasi lebih lanjut.

Baca Juga: BPJPH Kementerian Agama: Belum Punya Sertifikat, Mixue Jangan Gunakan Logo Halal

"Pakar dan pejabat kesehatan masyarakat, termasuk di Amerika Serikat, telah menjelaskan bahwa penting bagi Republik Rakyat Tiongkok (RRT) berbagi data urutan genomik epidemiologis dan virus yang lebih memadai dan transparan," kata pejabat itu.

"Ini untuk kepentingan RRC dan komunitas internasional dan sangat penting untuk mengidentifikasi setiap varian potensial," tambahnya.

Pergeseran China dari kebijakan "nol-Covid" yang telah diperjuangkan oleh Presiden Xi Jinping.

Baca Juga: Rusia: 89 Tentara Tewas dalam Serangan di Awal Tahun Baru, Kremlin Salahkan Penggunaan Ponsel oleh Personelnya

Langkah ini mengikuti para pengujuk rasa yang mewakili kondisi pembangkangan publik terkuat di China selama satu dekade berkuasa.

Selain itu unjuk rasa juga bertepatan dengan pertumbuhan ekonomi China paling lambat dalam hampir setengah abad terakhir.

Ketika virus Covid menyebar tanpa terkendali, rumah duka telah melaporkan lonjakan permintaan untuk layanan mereka.

Baca Juga: Liga Premier Inggris: Arsenal Dibekuk oleh Newcastle, Manchester United Menang Lagi

Selain itu, pakar kesehatan internasional memperkirakan setidaknya satu juta kematian melanda China pada tahun ini.

China melaporkan tiga kematian Covid baru pada hari Senin, 2 Januari 2023. dengan jumlah kematian resmi sejak pandemi mulai menjadi 5.253 orang.

Relatif Ringan

Seperti diketahui pada Selasa, 3 Januari 2023 - People's Daily, surat kabar resmi Partai Komunis, mengutip para ahli China yang mengatakan penyakit yang disebabkan oleh virus korona itu relatif ringan bagi kebanyakan orang.

Baca Juga: Perusahaan Kereta Api Indonesia KAI Dapat Tambahan Modal $200 juta Untuk Proyek yang Didukung China

"Penyakit parah dan kritis mencapai 3 persen hingga 4 persen dari pasien yang terinfeksi saat ini dirawat di rumah sakit yang ditunjuk di Beijing," Tong Zhaohui, wakil presiden Rumah Sakit Chaoyang Beijing, kepada People's Daily.

Kang Yan, kepala Rumah Sakit Tianfu China Barat Universitas Sichuan, mengatakan bahwa dalam tiga minggu terakhir 46 pasien telah dirawat di unit perawatan intensif, mewakili sekitar 1 persen dari infeksi bergejala.

Dua ilmuwan terkemuka dan anggota komite WHO mengatakan sebelum pertemuan mereka akan mencari "gambaran yang lebih realistis" tentang situasi di China.

Baca Juga: Pembalap dan Bintang YouTube Ken Block Meninggal dalam Kecelakaan Mobil Salju

Mereka tidak berkomentar lebih lanjut setelah itu berakhir. Tetapi beberapa ahli meragukan bahwa Beijing akan berterus terang.

"Saya kira China tidak akan tulus dalam mengungkapkan informasi," kata Alfred Wu, profesor di Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew di National University of Singapore.

Amerika Serikat, Prancis, Italia, dan lainnya mengatakan mereka akan mewajibkan tes Covid pada pelancong dari China.

Baca Juga: Ferdy Sambo Mmengundurkan Diri Sebagai Saksi Dalam Sidang Putri Candrawathi

Pejabat kesehatan Uni Eropa akan bertemu pada hari Rabu untuk tanggapan yang terkoordinasi.

China akan berhenti mewajibkan pelancong yang masuk untuk melakukan karantina mulai 8 Januari 2023. Tetapi masih akan menuntut tes Covid saat pra-keberangkatan.***

Editor: Dwi Christianto

Tags

Terkini

Terpopuler