Saba Budaya Baduy, Istilah Baru Untuk Pengganti Sebutan Wisata Baduy

- 10 Agustus 2020, 10:21 WIB
Kadispar Lebak Imam Rismahayadin hadir dalam acara silaturahim budayawan, akademisi, aktivis, penggiat, media dan pemerhati adat budaya Baduy bersama masyarakat dan jaro pamarentah Baduy Saija, 11 Juli 2020). Hadir budayawan dan aktivis uday suhenda, ucu, tono soemarsono, rohendi, wawan budaya dan camat.
Kadispar Lebak Imam Rismahayadin hadir dalam acara silaturahim budayawan, akademisi, aktivis, penggiat, media dan pemerhati adat budaya Baduy bersama masyarakat dan jaro pamarentah Baduy Saija, 11 Juli 2020). Hadir budayawan dan aktivis uday suhenda, ucu, tono soemarsono, rohendi, wawan budaya dan camat. /- Foto: Instagram @disparlebakkab

PORTAL LEBAK – Sempat heboh di awal bulan Juli lalu isu Wisata Baduy akan ditutup.

Gara-garanya, ada surat yang mengatasnamakan masyarakat Suku Baduy kepada Presiden Jokowi meminta Baduy untuk dicoret dari Destinasi Wisata.

Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya bersama jajarannya di Dinas Pariwisata Kabupaten Lebak sampai membantah hal tersebut.

Baca Juga: Lebak Termasuk Zona Kuning yang Boleh Belajar Tatap Muka, Disdikbud Tunggu SK

Lembaga Adat Baduy pun membuat pernyataan bersama di hadapan Bupati membantah surat yang mengatasnamakan warga masyarakat Baduy tersebut.

Melalui laman Instagram Dinas Pariwisata Kabupaten Lebak juga ditegaskan, hasil musyawarah besar adat Baduy bahwa lembaga adat tidak pernah mengeluarkan mandat kepada siapapun dan perwakilan yang cap jempol di surat tersebut tidak tahu menahu terkait isi surat kepada Presiden tersebut.

Melalui kunjungan Kadispar Lebak Imam Rismahayadin dan beberapa tokoh budayawan dan aktivis, bertemu dengan perwakilan masyarakat Suku Baduy Jaro Saija.

Baca Juga: Terancam Gagal Panen, Belasan Hektare Sawah di Cipasung Mulai Kekeringan

Dalam pertemuan dan musyawarah besar pada 11 Juli 20 lalu, bersama lembaga adat Baduy, ada beberapa poin yang disampaikan.

Antara lain, istilah wisata baduy dan destinasi wisata Baduy agar diganti dengan "Saba Budaya Baduy".

Disepakati pula, pengunjung Saba Budaya Baduy tidak dilarang (ditutup).

Ditegaskan, masyarakat Baduy selalu menjunjung tinggi tali silaturahim dengan siapa pun dengan saling menghargai dan menjaga dan mentaati norma adat Baduy.

Baca Juga: Prabowo Subianto Kembali Nakhodai Partai Gerindra

Selain itu, diminta mengganti tulisan wisata Baduy atau destinasi wisata Baduy dengan Saba Budaya Baduy baik itu pada sign board (papan petujuk) arah jalan, billboard dan reklame.

Hal serupa juga perlu dilakukan pada nomenklatur yang ada di departemen, kementerian, Lembaga, dinas, instansi, stake holders lainnya dan juga media massa cetak, elektronik dan media sosial.

Menanggapi hal ini, Ketua Genpi (Generasi Pesona Indonesia) Lebak Hendriyana mengungkapkan, kemungkinan ada perbedaan terkait persepsi pariwisata dari para jaro.

Baca Juga: Sadis, Kucing Sedang Istirahat Malah Dilindas Mobil

Menurut Hendriyana, tugas pemerintah terutama dari dinas terkait untuk bisa mengarahkan dan memberikan pemahaman namun tidak melanggar adat istiadat yang mereka pegang.

Sebab, wisata budaya Baduy merupakan salah satu wisata budaya yang harus tetap menjunjung tinggi nilai adat istiadatnya.

“Untuk istilah atau pergantian nama yang semula wisata Baduy dan diganti dengan Saba Budaya Baduy menurut saya tidak ada masalah tentang pergantian nama tersebut, ya walaupun mungkin nanti akan sedikit asing di telinga wisatawan dan harus membranding ulang,” kata Hendriyana.

Baca Juga: Pemkab Lebak Raih Inagara Award 2020 dari Lembaga Administrasi Negara

Hendriyana melanjutkan, pihaknya sendiri akan melakukan sosialisasi untuk pemahaman para wisatawan yang akan berkunjung ke Baduy.

"Sementara mungkin akan melalui media sosial terlebih dahulu. Karena Genpi itu sendiri adalah laskar digitalnya pariwisata yang notabene nya bergelut di media sosial," ujarnya.***

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x