Sulah Nyanda, Mengenal Konsep Aturan Rumah Adat Suku Baduy

18 Januari 2021, 01:29 WIB
Sulah Nyanda, Rumah Adat Suku Baduy /Foto : Akun IG @disbudparlebak/

PORTAL LEBAK - Pernah anda dengar istilah Sulah nyanda ?
Sulah Nyanda merupakan istilah untuk bangunan rumah suku Baduy yang menetap di pedalaman Lebak Banten.

Istilah tersebut diambil dari bentuk salah satu atap rumah yang lebih panjang dari lainnya dan terlihat Nyanda (sikap bersandar dalam bahasa sunda).

Ketika anda berkunjung ke baduy dan menginap disana tentunya sebagian besar para wisatawan Saba Budaya Baduy akan bermalam di salah satu rumah warga baduy yang dinamakan Sulah Nyanda.

Baca Juga: Hore, Greysia Polii-Apriyani Rahayu Juara Ganda Putri di Yonex Thailand Open 2021

Baca Juga: Lebak Expo University (Lexus), Ini Ajang Eksistensi Mahasiswa Asal Lebak

Seperti PortalLebak.com kutip dari laman resmi Dinas Pariwisata Provinsi Banten yang dipublikasi pada 24 Juli 2020.

Rumah adat merupakan bangunan yang mempunyai ciri khas yang berkaitan erat dengan budaya dari tiap-tiap suku yang ada di Indonesia.

Di Indonesia begitu banyak rumah adat yang mewakili suku dan adat istiadat dari masing-masing daerah. Salah satunya adalah Suku Baduy, suku asli masyarakat Banten yang memiliki rumah adat Sulah Nyanda. Terletak di dalam pegunungan, Suku Baduy hidup di dalam rumah adat yang terbuat dari kayu dan bambu ini.

Baca Juga: Beda Dengan Presiden Jokowi, Presiden Filipina Pilih Jadi Orang Terakhir Divaksin Covid-19

Baca Juga: Update Erupsi Semeru, Gempa Letusan Masih Terjadi

Berikut karakter dan ciri khas Sulah Nyanda yang perlu anda ketahui. Pertama, pembuatan rumah adat Sulah Nyanda dilakukan dengan cara gotong royong, jadi tidak dikerjakan seperti proyek membangun rumah dengan menggunakan jasa vendor kontruksi profesional tetapi rumah dibangun bersama oleh warga baduy yang merupakan tetangga-tetangga terdekat.

Kedua, rumah dibangun dengan menggunakan bahan baku yang berasal dari alam. Bahan seperti kayu digunakan untuk membangun pondasi, sedangkan pada bagian dasar pondasi menggunakan batu kali atau umpak sebagai landasannya.

Hal ini berkaitan dengan aturan adat yang mengharuskan setiap masyarakat yang ingin membangun rumah tidak merusak alam sekitar demi membangun suatu bangunan. Karenanya, tiang-tiang rumah adat Suku Baduy tidak memiliki ketinggian yang sama. Sedangkan anyaman bambu digunakan dalam pembuatan bilik dan lantai rumah. Untuk atap, rumah adat Suku baduy menggunakan ijuk yang terbuat dari daun kelapa yang telah dikeringkan.

Baca Juga: Polda Sumatra Utara Amankan 1 Oknum PNS Wanita dan 2 Temannya, Berikut 5 Kg Sabu

Baca Juga: Update Sriwijaya Air SJ 182, DVI Polri Terima 188 Kantong, 24 Korban Telah Teridentifikasi

Ketiga, hal yang unik dari pembangunan rumah ini adalah dibangun dengan mengikuti kontur tanah. Jenis konstruksinya pun biasanya "knock down" atau bisa dibongkar pasang.

Keempat, bagian ruangan di dalam rumah adat Sulah Nyanda dibagi dalam 3 ruangan yaitu bagian sosoro (depan), tepas (tengah) dan ipah (belakang). Masing-masing ruangan berfungsi sesuai dengan rencana pembuatan.

Pada bagian depan rumah atau yang biasa disebut sosoro berfungsi sebagai ruang penerima tamu. Hal ini dikarenakan tamu tidak diperkenankan masuk ke dalam rumah. Fungsi lainnya digunakan sebagai tempat bersantai dan menenun bagi kaum perempuan. Bagian depan ini berbentuk melebar ke samping dengan lubang di bagian lantainya.

Baca Juga: Bantuan Warga Sulsel Untuk Korban Gempa Tiba di Mamuju dan Majene

Baca Juga: Personil TNI Siapkan Tenda Pengungsian dan Pelayanan Kesehatan Untuk Korban Gempa di Mamuju

Sedangkan bagian tengah atau biasa disebut tepas digunakan untuk aktivitas tidur dan pertemuan keluarga. Sementara pada bagian belakang rumah atau biasa disebut imah digunakan sebagai tempat untuk memasak serta menyimpan hasil ladang dan beras. Tiap ruangan ini dilengkapi dengan lubang pada bagian lantainya.

Lubang di lantai rumah Suku Baduy berfungsi sebagai sirkulasi udara.

Kelima, rumah adat Suku Baduy tidak dilengkapi dengan jendela. Tujuan tidak dibangunnya jendela agar para penghuni rumah yang ingin melihat keluar diharuskan pergi langsung keluar untuk melihat sisi bagian luar rumah.

Keenam, daun pintu rumah berukuran "sanyiru asup" atau seukuran dengan masuknya "nyiru" yaitu alat menapi beras tradisional.***

 

 

Editor: Dwi Christianto

Tags

Terkini

Terpopuler