15 Anggota Polair Polda Metro Jaya yang Terlibat SAR SJ 182 Jalani Terapi Oksigen Hiperbarik di RS Polri

- 24 Januari 2021, 21:53 WIB
Penyelam Kepolisian Perairan (Polair) Polda Metro Jaya
Penyelam Kepolisian Perairan (Polair) Polda Metro Jaya /Foto: Jefry/

PORTAL LEBAK - Operasi Pencarian dan Penyelamatan (SAR) pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di sekitar pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta, telah dihentikan oleh pemerintah pada hari ke-13 pencarian, tanggal 21 Januari 2021.

Tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI, dan juga Kepolisian pun sudah kembali memberi fokus pelayanan masyarakat seperti semula. Terutama para penyelam pilihan dari masing-masing lembaga tersebut.

Diketahui kedalaman medan operasi tim penyelam SAR kecelakaan pesawat Sriwijaya Air kemarin adalah sekitar 20 meter hingga 23 meter dari permukaan laut. Jarak ini tentu bukan kedalaman yang direkomendasikan bagi penyelam pemula, karena batas penyelam pemula hanya 12 meter saja. Oleh karena itu penyelam yang diterjunkan dalam operasi SAR adalah penyelam-penyelam profesional pilihan.

Baca Juga: Sah, Iptu Indik Rusmono Jadi Kasat Reskrim Polres Lebak

Baca Juga: Komisi III DPR: Sepakat, Listyo Sigit Prabowo jadi Kapolri Baru

Meskipun operasi sudah selesai bukan berarti para penyelam SAR kemarin tidak memiliki resiko apapun ketika harus kembali beraktivitas normal di darat, terutama masalah kesehatan yang dampak terparahnya dapat menyebabkan kematian.

Seperti yang dilakukan kesatuan Kepolisian Perairan (Polair) Polda Metro Jaya hari ini, 24 januari 2021. Anggota Polair Polda Metro Jaya ini menjalani terapi yang disebut Terapi Oksigen Hiperbarik.

Hari ini, 15 anggota Polair Polda Metro Jaya menjalani terapi Oksigen Hiperbarik di RS POLRI Kramat Jati, Jakarta Timur. Jumlah personel yang menjalani terapi Oksigen Hiperbarik hari ini memang terlihat sedikit dibanding personel yang terjun dalam SAR, dimana penyelam yang diterjunkan ada yang berasal dari kesatuan Brimob dan Polair Mabes Polri. Ini mungkin karena perbedaan jadwal dari tiap pimpinan atau kesatuan.

Baca Juga: TNI AD Bantu Pemulihan Kalsel dan Sulbar, Jenderal Andika Perkasa Kerahkan 3 Kapal

Baca Juga: Ini Upaya Satgas TNI, Bantu Kesejahteraan Warga Perbatasan RI

"Kalau dari kesatuan kami Polair (Polda Metro Jaya) ada 15 orang yang terapi hari ini, gak tau kalau dari kesatuan Brimob dan Polair Mabes, terapinya cuma sehari saja," ungkap Briptu Harry Clynton Butar Butar, anggota Polair Polda Metro Jaya, kepada PortalLebak.com.

Personel Polair yang akan menjalani terapi ini di RS Polri Kramat Jati, diharuskan masuk ke dalam ruangan kaca yang sempit lengkap dengan pakaian yang telah disediakan rumah sakit. Berada pada posisi duduk di sebuah kursi mereka lalu menggunakan masker yang terhubung dengan selang panjang.

Untuk cara kerja terapi ini adalah dengan mensimulasi ruangan kaca tadi menjadi ruangan yang memiliki tekanan udara yang tinggi, lalu oksigen murni akan diberikan melalui masker yang dipakai.

Baca Juga: Gubernur Jabar Tinjau Budidaya Udang Qini Vaname di Tasikmalaya

Baca Juga: Perayaan HUT Perusahaan Kosmetik di Makassar Dibubarkan Polisi, Ini Penyebabnya

Prinsip dari terapi oksigen hiperbarik ini adalah membantu tubuh untuk memperbaiki jaringan yang rusak dengan meningkatkan aliran oksigen ke jaringan tubuh. Terapi oksigen hiperbarik akan menyebabkan darah menyerap oksigen lebih banyak akibat peningkatan tekanan oksigen di dalam paru-paru yang dimanipulasi oleh ruangan hiperbarik.

Dengan konsentrasi oksigen yang lebih tinggi dari normal, tubuh akan terpicu untuk memperbaiki jaringan yang rusak lebih cepat dari biasanya.

Oleh karena itu terapi oksigen hiperbarik ini wajib dijalankan oleh setiap penyelam profesional dengan kedalaman lebih dari 12 meter, khususnya sebagai prosedur para penyelam kesatuan Polair Polda Metro Jaya setelah melaksanakan SAR kecelakaan pesawat Sriwijaya Air, untuk menghindari anggotanya mengalami dekompresi.

Baca Juga: Akhirnya Hari Ini Trailer Film Godzilla Vs Kong Akan Dirilis

Baca Juga: Film Stand By Me Doraemon 2 Tayang Februari 2021, Ini Bocoran dan Trailernya!

Yaitu, penyumbatan darah yang disebabkan karena timbulnya gelembung udara di dalam pembuluh darah atau emboli karena perubahan tekanan udara yang berbeda drastis saat di dalam air dan di darat.

Penyakit yang timbul dari dekompresi antara lain sakit sendi, ruam kulit, mati rasa, kelumpuhan, dan bahkan kematian. Tanda yang umum dari dekompresi akut atau parah adalah disfungsi dari sumsum tulang belakang, otak, dan paru-paru.***

Editor: Didin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x