Hari TBC Sedunia 2022: Penyakit TBC Berbahaya Menular Melalui Udara, Deteksi Sembuhkan dan Obati dengan Tepat

- 24 Maret 2022, 16:01 WIB
Ilustrasi logo Hari TBC Sedunia.
Ilustrasi logo Hari TBC Sedunia. /Foto: hindustantimes/tangkapan layar/

PORTAL LEBAK - Tanggal 24 Maret setiap tahunnya diperingati sebagai hari Tuberkulosis (TBC) sedunia. 

Peringatan hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) 24 Maret 2022, di Indonesia mengusung tema 'Perkuat Dukungan untuk Eliminasi TBC, Selamatkan Jiwa'.

Terdapat satu istilah, 'Setiap detik berharga, selamatkan anak bangsa dari bahaya penyakit Tuberkulosis TBC'.

Sekelumit kalimat tersebut mungkin mudah diucapkan, namun tidak demikian bagi para pasien dan penyintas TBC, berjuang untuk sembuh dari penyakit ini.

Banyak orang dari Sabang sampai Merauke salah kaprah, mereka menilai TBC sama seperti halnya batuk biasa.

Baca Juga: Penanggulangan TBC Melambat Selama Pandemi Covid-19, Masyarakat Perlu Tahu Soal Penyakit Menular Ini

Padahal, jika didalami lebih jauh, batuk TBC ini lebih berbahaya dibanding batuk yang biasa masyarakat kenal.

Penyakit TBC menyerang organ tubuh paru-paru manusia, yang disebabkan oleh basil Mycrobacterium Tuberculosis.

Alhasil, batuk penyakit TBC (tuberkulosis) harus segera ditangani segera dan disembuhkan melalui penanganan medis yang tepat.

Baca Juga: Infeksi virus terus menerus dapat menyebabkan long Covid, Gen bisa ungkap penyakit kritis di orang dewasa muda

Hal ini diungkapkan oleh Budi Hermawan, seorang penyintas TBC yang saat ini berhimpun dalam Perkumpulan Organisasi Pasien TB (POP TB).

"Kalau banyak orang bergelar S-1, S-2 sampai S-3, nah kalau saya sudah lulus Cum Laude dari RSUP Persahabatan, Jakarta Timur," kelakar Budi Hermawan kepada PortalLebak.com.

TBC, menurut Budi Hermawan dikenal sebagai penyakit menular. Tidak mengherankan penyebaran TBC cukup mudah dan cepat karena bisa melalui udara.

Baca Juga: 9 Manfaat Glutathione untuk Masalah Kesehatan, Salah Satunya Dampak Penyakit Diabetes

"Penyakit TBC tidak mudah dikenali di stadium awal karena gejalanya mirip batuk pada umumnya terlihat biasa saja seperti setiap orang yang terkena flu, ujar Budi.

Berikut ciri-ciri dan gejala orang yang tertular TBC, seperti yang diungkap oleh Budi Hermawan:
1. Batuk berdahak lebih dari 14 hari,
2. Nafsu makan menghilang,
3. Demam dan keringat dingin pada malam hari,
4. Batuk berdarah,
5. Kurang berenergi,
6. Rasa nyeri di dada.

Baca Juga: MGM Kini Milik Jeff Bezos Setelah Diakuisisi Amazon, Tuduhan Monopoli Semakin Kuat

Penyakit TBC mudah menyerang orang yang sistem kekebalan tubuhnya turun. Jika sistem kekebalan tubuh Anda prima, jangan khawatir terpapar TBC.

"Namun tidak jarang sistem kekebalan tubuh manusia yang naik-turun, gagal melawan dan melindungi dari serangan TBC, karena berbagai faktor," terang Budi.

Meski telah diberantas oleh sistem kekebalan tubuh, basil ini juga dapat tetap aktif, sehingga kondisi ini disebut TBC laten.

Baca Juga: CEK Kode Redeem Genshin Impact Terbaru Per 24 Maret 2022, Ambil Primogems dan Mora Gratis dari MiHoYo

Jadi, saat basil TBC berkembang dan menyebabkan kerusakan jaringan paru-paru, selanjutnya menimbulkan kondisi yang disebut tuberculosis aktif.

Berikut diagnosa risiko tinggi TBC, yang dilansir PortalLebak.com dari kementerian kesehatan dan berbagai sumber kesehatan lainnya.

Gejala TBC mirip dengan beberapa gejala penyakit pernafasan lainnya, sehingga penting segera konsultasi ke dokter untuk mendapat diagnosa tepat.

Baca Juga: Unduh 15 Link Twibbon Gratis dan Terbaru 2022, Marhaban Ya Ramadhan 1443 H

Dokter akan mengetahui dengan pasti apakah Anda tertular TBC atau tidak. Dokter akan menjalankan diagnosis, yaitu; tes darah, dahak, rontgen dada, dan Mantoux test.

Tes itu dilaksanakan agar untuk mengetahui jenis tuberkulosis di tubuh; apakah laten atau aktif.

Mereka yang termasuk dalam kelompok TBC:
1. Perokok aktif,
2. Pengguna narkoba dan obat-obatan terlarang lainnya,
3. Sering berhubungan dengan pengidap TBC aktif,
4. Orang yang sering menjalani kemoterapi,
5. Orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah,
6. Pengidap HIV/AIDS.

Baca Juga: Pemkab Lebak Serahkan ke BPK RI Laporan Keuangan Pemerintah Daerah TA 2021

Sebagai penyintas penyakit TBC Budi menyarankan segera melakukan diagnosa TBC secara, agar tuberculosis laten tidak berkembang jadi tuberculosis aktif.

Ini sebagai langkah pencegahan sekaligus untuk mempermudah pengobatan. Pasalnya, dengan pengobatan tepat, risiko komplikasi akibat penyakit TBC dapat dicegah.

Masyarakat tidak perlu khawatir, penyakit TBC dapat disembuhkan dengan pengobatan yang benar dan tepat waktu.

Baca Juga: Pembelaan Terdakwa Teroris Munarman Ditolak Jaksa Penuntut Umum

Menurut Subkoordinator Tuberkulosisi Resisten Obat TBC Kemeterian Kesehatan, dr. Endang Lukitosari, MPH, jumlah penderita penyakit tuberkulosis (TBC) di Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia.

Terdata jumlah kasus 824 ribu penderita TBC di Indonesia dengan kematian 93 ribu per tahun atau setara 11 kematian per jam, tertinggi setelah India dan Cina.

Sebanyak 91 persen kasus TBC di tanah air merupakan TBC paru yang berpotensi menularkan kepada orang sehat di sekitarnya.

Baca Juga: Paramount Pictures Rilis Poster Terbaru Sonic the Hedgehog 2 untuk Dolby Cinema

Penemuan kasus dan pengobatan TBC tinggi sudah dilaksanakan di beberapa daerah yakni; Provinsi Banten, Gorontalo, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Barat.

"Temukan Tuberkolusis Obati Sampai Sembuh (TOSS TBC) merupakan program kampanye eleminasi TBC nasional di Indonesia," ungkap dr. Endang Lukitosari.

"Langkah pengobatan dan pencegahan TBC sangat penting. Mengingat penyakit ini tergolong berat dan menular, penularan melalui pernapasan," tambahnya.

Sementara itu, Budi Hermawan bersaksi pengobatan TBC dijalankan melalui jenis antibiotik ke pasien dengan dosis tepat, dalam jangka waktu tertentu.

Baca Juga: Pusat Kesejahteraan Sosial Di Busan Dikecam, Karena 'Menyerang Privasi' Keluarga Jungkook BTS

Vaksin yang disebut BCG (Bacillus Calmette-Guerin) diberikan sebagai pencegahan. Vaksin BCG di Indonesia telah diberikan pada bayi yang belum berusia 2 bulan dan masuk program imunisasi dasar.

Budi menjelaskan, pasien TBC harus konsisten meminum obat, karena ada risiko komplikasi yang mungkin saja terjadi, seperti:
1. Meningitis,
2. Kerusakan sendi,
3. Gangguan organ tubuh, seperti ginjal, hati, jantung,
4. Merasa nyeri pada punggung.

Baca Juga: Paul Pogba Dirampok, Medali Piala Dunia yang Diperolehnya Dicuri

Besarnya risiko yang muncul karena penyakit TBC, maka pengobatan dalam bentuk antibiotik sangat beragam. Berikut obat-obatan yang biasa diberikan oleh dokter untuk pengidap TBC aktif, antara lain:
1. Isoniazid,
2. Rifampicin,
3. Pyrazinamide,
4. Ethanol.

Menurut budi jika penderita TBC tidak konsisten minum obat, maka akan menjadi penderita TBC resisten obat.

"Saya pernah berhenti minum obat, saya kira sudah pulih dan sembuh. Ternyata menghentikan pengobatan bagi penderita TBC ini sangat berisiko," ungkap Budi.

Baca Juga: Hujan Deras Hentikan Pencarian Kotak Hitam Pesawat Jet Boeing 737-800 China Eastern Airlines

"Akhirnya saya terpaksa meminum obat-obatan paket resisten, dengan dosis yang lebih lagi dari paket obat pertama, nah ini bisa lebih lama lagi," kenangnya.

Tak ayal konsumsi obat tersebut mengandung efek samping, seperti:
1. Menurunkan efektifitas alat kontrasepsi yang mengandung hormon. Efek samping ini, terjadi bagi pengguna obat antibiotik seperti rifampicin.

2. Untuk pengguna ethambutol, berpengaruh pada kondisi penglihatan.
3. Untuk pengguna isoniazid yang berpotensi merusak saraf.

Baca Juga: Courteney Cox Kembali Bermain di Film Scream 6, Sementara Neve Campbell Belum Ada Konfirmasi

Tidak dapat dipungkiri, terdapat efek samping umum, seperti muntah, mual, penurunan nafsu makan, sakit kuning.

Termasuk, sang pasien TBC mengalami perubahan warna urine menjadi lebih gelap, demam, gatal-gatal, dan ruam pada kulit.

Para penderita TBC diharuskan mengonsumsi antibiotik kurang lebih 2 minggu, untuk memastikan kesembuhan, dokter mengharuskan konsumsi antibiotik selama 6 bulan.

Baca Juga: Manchester City Nomor Wahid di Deloitte Football Money League, Ini Daftar Kekayaan Klub Sepakbola Eropa

"Obat resep yang diberikan dokter untuk pengidap TBC harus diminum hingga waktu yang dianjurkan, harus tertib minum obat," tegas Budi.

Ini untuk mengantisipasi saat kondisi tubuhnya membaik, pengidap TBC dapat saja kondisinya kembali menurun. Sehingga harus intensif konsumsi obat-obatan.

Budi Hermawan menuturkan organisasi POP TB Indonesia mengajarkan ke banyak pihak, agar segera kenali penyakit TBC sejak awal dan lakukan penanganan yang tepat.***

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah