Penyakit Campak dan Difteri Anak Bikin Ngeri, Imunisasi Jalan Aman Atasi Komplikasi

- 19 Maret 2024, 01:35 WIB
Ketua Pokja Imunisasi - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. DR. dr. Hartono Gunadi, Sp.A.
Ketua Pokja Imunisasi - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. DR. dr. Hartono Gunadi, Sp.A. /Foto: Portal Lebak/Dwi Christianto/

PORTAL LEBAK - Setiap tahun imunisasi menyelamatkan sekitar 3,5 sampai 5 juta nyawa Anak dari penyakit berbahaya seperti difteri, campak, tetanus, batuk rejan, dan influenza.

Seperti contoh penyakit difteri, yang mengemuka pada tahun 2023 lalu, terdapat 103 kejadian luar biasa (KLB) dan melanda 19 provinsi di tanah air.

Ketua Pokja Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. DR. dr.
Hartono Gunadi, Sp.A. mengungkapkan  pada penderita difteri ada selaput yang menutup saluran pernafasan.

Selaput akibat difteri ini tidak bisa dibuang secara sembarangan, karena jika disentuh saja akan menimbulkan pendarahan.

Baca Juga: Imunisasi Rutin dan Menyeluruh, Kementerian Kesehatan: Aman Diterapkan Kepada Anak

"Kalau jalan nafasnya tersumbat bagaimana? Maka kita harus membukanya, itu namanya trakeostomi," ujar Prof. Hartono pada konferensi pers Pekan Imunisasi Dunia 2024 yang digelar Kementerian Kesehatan di Jakarta, Senin, 18 Maret 2024.

Seperti diketahui, gejala seseorang terserang difteri antara lain; demam, sakit kepala, dan sesak nafas.

Prof. Hartono memaparkan komplikasi penyakit difteri antara lain penyakit jantung, gangguan ginjal, dan gangguan saraf. Selain itu, angka kematian akibat difteri sebesar 5 hingga 10 persen.

"Jika tidak diobati, angka kematiannya mencapai 50 persen. Pengobatan tentu memerlukan antibiotik dan serum. Serum anti difteri. Serum anti difteri ini tidak diproduksi di Indonesia. Harus impor,” ucapnya.

Halaman:

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x