Pemerintah Indonesia Harus Secepatnya Menyusun Preferential Trade Agreement atau PTA di Level Internasional

- 29 Januari 2024, 21:09 WIB
Pakar Hukum Bisnis dan Perdagangan Internasional, Prof. Dr Ariawan Gunadi
Pakar Hukum Bisnis dan Perdagangan Internasional, Prof. Dr Ariawan Gunadi /Foto: Handout/Istimewa./

PORTAL LEBAK - Pemerintah Indonesia harus segera menyusun preferential trade agreement (PTA) pada tahun 2024 ini, agar mampu menaikkan potensi perdagangan internasional.

Melalui penyusunan preferential trade agreement secepatnya di awal tahun ini, maka upaya tersebut diharapkan membuka peluang lebih luas untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pakar Hukum Bisnis dan Perdagangan Internasional, Prof. Dr Ariawan Gunadi, kepada wartawan, senin, 29 Januari 2024 menilai melalui PTA, Indonesia bisa memainkan perdagangan produk-produk dalam negeri ke sejumlah negara agar diperdagangkan tanpa hambatan serta bebas bea masuk.

Baca Juga: Coinbase Merugi Akibat Gejolak Pasar Crypto Imbas Turbulensi Voume Perdagangan

Sebagai contoh Prof. Ariawan menilai ketika Presiden Republik Tanzania, Samia Suluhu Hassan, berkunjung ke Indonesia dan bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi), di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.

Pertemuan kedua pemimpin negara itu menunjukkan di tahun ini, merupakan sebagai balasan atas kunjungan bilateral yang sebelumnya telah dijalankan Presiden Jokowi, pada bulan Agustus 2023 yang lalu.

“Datangnya Presiden Tanzania adalah saat baik untuk melakukan dan membuka perdagangan internasional yang saling menguntungkan dan bebas bea masuk, tak hanya bagi negara di benua Afrika,” ungkap Prof. Ariawan.

Baca Juga: Digitalisasi Pembayaran dan Distribusi Pasar Diluncurkan Kementerian Perdagangan, Ini Cara dan Tujuannya

Melalui pertemuan bilateral, Ari menilai baik Presiden Hassa dan Jokowi merancang kolaborasi dengan melibatkan sejumlah sektor, mulai dari perdagangan sampai kesehatan dan upaya konkret yang bisa dikerjakan di kedua negara.

“Kunjungan Presiden Hassan menunjukkan tekad kedua negara demi menghadapi tantangan bersama dan mendorong pertumbuhan yang saling menguntungkan. Tujuannya untuk menciptakan kemitraan yang makin kuat dan kokoh di masa depan baik bagi Indonesia dan Tanzania,” papar Ariawan, yang juga Profesor termuda alumni Universitas Indonesia.

Kedua negara, menurut Ariawan harus secepatnya menyusun preferential trade agreement (PTA) di tahun ini. Supaya menciptakan lingkungan perdagangan lebih efisien, merangsang pertumbuhan ekonomi, bahkan mampu memperkuat hubungan bilateral di bidang perdagangan secara menyeluruh antara kedua negara.

Baca Juga: Pertemuan di Paris Lahirkan Proposal Baru Demi Hentikan Agresi Militer Israel di Jalur Gaza

Sebagai Guru Besar Universitas Tarumanagara Prof. Ariawan mencotohkan peningkatan kerja sama di sektor minyak dan gas (migas) lewat pengelolaan Blok Gas Mnazi Bay oleh Pertamina, di Mnazy Bay.

Ada juga pemberian pelatihan kepada pegawai Tanzania Petroleum Development Corporation (TPDC), yang tak lain adalah bentuk trade agreement yang sangat konkret antara Indonesia dan Tanzania.

"Indonesia dan Tanzania, kedepannya juga harus merealisasikan kerjasama di bidang hulu dan hilir migas, termasuk peluang investasi hilir dalam stasiun CNG dan pasokan Mini LNG dengan Medco Energi. Termasuk di dalamnya, rencana investasi Sinka Sinye Agrotama (SSA) di bidang pupuk," ucapnya.

Baca Juga: Netizen KPop Heboh, Lisa BLACKPINK dan Rihanna Wujudkan Mimpi Lewat Satu Foto

"Selain itu, demi melindungi investasi yang dijalankan oleh kedua negara, maka saya menilai kedua negara perlu untuk secepanya membuat bilateral investment treaty (BIT)," pungkas Prof. Ariawan.

Kerjasama Indonesia Tanzania

Digelarnya pertemuan bilateral Presiden Jokowi bersama Presiden Republik Tanzania, Samia Suluhu Hassan, kedua negara akan saling dukung lewat serangkaian inisiatif. Beberapa di antaranya, komitmen restorasi dan mendorong kinerja Farmer’s Agriculture and Rural Training Center (FARTC) di Morogorodan.

Penyelenggaraan pelatihan sumber daya manusia (SDM) di sektor migas dan pertanian, ini upaya menaikkan kapasitas dan keahlian para tenaga kerja di dua sektor itu.

Baca Juga: Hotman Paris soal Pernyataan Mahfud MD 'Membiarkan Ibu Lahirkan Anak Tak Beradab adalah Dosa Terhadap Bangsa'

Di sisi lain, Indonesia dapat berperan aktif dalam menerapkan National Single System. Melalui system ini, bertujuan memperkuat integrasi serta efisiensi pada manajemen sumber daya nasional dan menyelesaikan grand design pembangunan 5 tahun ke depan di Afrika.

Di sektor kesehatan, Presiden Jokowi menyatakan perusahaan farmasi di tanah air berkomitmen memenuhi kebutuhan medis di Tanzania. Presiden Jokowi menjelaskan sangat penting melaksanakan penjajakan intensif antara Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia dan Otoritas Obat dan Medis Tanzania. Seperti diketahui, penjajakan ini bertujuan mempercepat proses registrasi produk farmasi.

Presiden Jokowi menekankan kerja sama erat antara kedua badan pengawas obat kedua negara, akan memberikan dampak positif. Salah satunya, memastikan ketersediaan produk medis aman dan berkualitas dan memastikan akses lebih baik pada perawatan medis di Tanzania.***

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x