Ini Strategi Amerika Serikat Lakukan 'Perlombaan Senjata Hipersonik' dengan China

- 1 Desember 2021, 08:53 WIB
Angkatan Laut Amerika Serikat (AS), bekerja sama dengan Angkatan Darat AS, melakukan uji tembak statis tahap pertama dari rudal hipersonik umum 34,5" yang baru dikembangkan. Aksi ini dilansir oleh kedua Angkatan bersenjata, di Promontory, Utah, AS, dalam foto yang diambil pada 28 Oktober 2021.
Angkatan Laut Amerika Serikat (AS), bekerja sama dengan Angkatan Darat AS, melakukan uji tembak statis tahap pertama dari rudal hipersonik umum 34,5" yang baru dikembangkan. Aksi ini dilansir oleh kedua Angkatan bersenjata, di Promontory, Utah, AS, dalam foto yang diambil pada 28 Oktober 2021. /Foto: Northrop Grumman via REUTERS/NORTHROP GRUMMAN/

PORTAL LEBAK - Amerika Serikat (AS) dan China terlibat dalam perlombaan untuk mengembangkan senjata hipersonik yang paling mematikan.

Hal ini diungkap sekretaris Angkatan Udara AS Selasa 30 November 2021, saat Beijing dan Washington membangun dan menguji lebih banyak lagi senjata generasi berikutnya, yang berkecepatan tinggi (hipersonik).

“Ada perlombaan senjata, tidak harus dalam peningkatan jumlah, tetapi untuk peningkatan kualitas,” ungkap Sekretaris Angkatan Udara AS, Frank Kendall kepada Reuters, yang dikutip PortalLebak.com, selama wawancara di kantor Pentagon.

Baca Juga: Polisi Sita 16 Senjata Api Rakitan di Sarolangun Jambi Pascakonflik Warga dan Perusahaan Perkebunan

"Ini merupakan perlombaan senjata yang sudah berlangsung cukup lama. Pemerintah China telah melakukannya (uji coba senjata) dengan sangat agresif," tambahnya.

Pada bulan Oktober 2021, perwira tinggi militer AS, Jenderal Mark Milley, mengkonfirmasi tes senjata hipersonik China.

Menurut para ahli militer tampaknya menunjukkan upaya Beijing mengejar sistem senjata yang mengorbit Bumi yang dirancang untuk menghindari pertahanan rudal Amerika.

Baca Juga: Protes Kudeta Militer di Sudan Tercatat 12 Orang Meninggal, Saksi Mata Sebut Tentara Pakai Senjata Berat

Tahun ini Pentagon telah mengadakan beberapa tes senjata hipersonik dengan keberhasilan yang beragam.

Pada bulan Oktober 2021, Angkatan Laut berhasil menguji motor roket pendorong yang akan digunakan untuk menggerakkan kendaraan peluncur pembawa senjata hipersonik ke atas/orbit.

Senjata hipersonik bergerak di atmosfer atas, dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara, atau sekitar 6.200 kilometer (3.853 mil) per jam.

Baca Juga: Jaringan Bandar Narkoba Aceh Ditangkap, 224,4 kg Ganja Disita Polisi

Kendall mencatat bahwa sementara militer AS telah memfokuskan dana pada Irak dan Afghanistan.

Sehingga mereka telah mengalihkan perhatiannya dalam hal senjata hipersonik.

"Ini tidak berarti kami tidak melakukan apa-apa, tetapi kami belum melakukan cukup banyak," katanya.

Ketika Pentagon memasuki siklus anggaran tahunan 2023, Kendall berharap mendapat dana baru setelah sistem pertahanan militer lama tidak dipakai lagi.

Baca Juga: Sinetron Ikatan Cinta 30 Desember 2021: Dokter Larang Andin Bertemu Reyna, Ada Apa Ini

Karena sistem lama tersebut mahal dalam perawatannya dan dana itu digunakan untuk membuat sistem militer baru, termasuk program pengembangan hipersonik.

“Saya suka A-10. C-130 adalah pesawat hebat yang sangat mampu dan sangat efektif untuk banyak misi. MQ-9 sangat efektif untuk kontraterorisme dan sebagainya," ujar Kendall.

"Peralatan militer tersebut masih berguna, tapi tidak satu pun dari hal-hal ini yang dapat menakut-nakuti China," papar Kendall.

Baca Juga: Ini 5 Game Virtual Reality Terbaik yang Dirilis Mulai Desember Untuk PlayStation VR

Dia merujuk pada pesawat tempur berusia lebih dari 40 tahun, pesawat untuk membawa kargo, dan drone yang banyak digunakan.

Kontraktor pertahanan AS berharap depat memanfaatkan peralihan ke senjata hipersonik tidak hanya dengan membangunnya, tetapi juga dengan mengembangkan mekanisme deteksi dan kekalahan baru.

Pembuat senjata Lockheed Martin Corp, Northrop Grumman Corp dan Raytheon Technologies Corp, seluruhnya telah menggembar-gemborkan program senjata hipersonik mereka kepada investor.

Baca Juga: Berikut Kronologi Oknum Mantan Kades Dugaan Korupsi Dana BLT Rp92 Juta di Lebak Ini Dibekuk Polisi

Pasalnya, perusahaan fokus di dunia bergeser ke perlombaan senjata baru untuk kelas senjata yang baru muncul.

Namun, Pentagon ingin kontraktor pertahanan memangkas biaya akhir pembuatan senjata hipersonik.

Kepala penelitian dan pengembangan militer AS menilai, generasi berikutnya dari rudal super cepat yang sedang dikembangkan, menelan biaya puluhan juta per unit.***

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x