Unjuk Rasa di Iran Terkait Kematian Mahsa Amini, Tetap Berlangsung Meski Ada Tindakan Keras Dari Aparat

- 12 Oktober 2022, 08:07 WIB
Pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan selama demonstrasi berlangsung, menyusul kematian Mahsa Amini di Iran, dekat konsulat Iran di Istanbul, Turki 29 September 2022.
Pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan selama demonstrasi berlangsung, menyusul kematian Mahsa Amini di Iran, dekat konsulat Iran di Istanbul, Turki 29 September 2022. /Foto: REUTERS/Dilara Senkaya/File Photo/

PORTAL LEBAK - Bentrokan antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan berlanjut di seluruh Iran pada hari Selasa, 11 Oktober 2022.

Melalui unggahan video di media sosial menunjukkan tank dibawa ke daerah Kurdi, yang telah menjadi titik tindakan keras terhadap pengunjuk rasa atas kematian aktivis perempuan, Mahsa Amini, dalam tahanan di Iran.

Protes yang menyerukan jatuhnya lembaga ulama telah melanda Iran sejak Amini, seorang wanita Kurdi Iran berusia 22 tahun, meninggal pada 16 September 2022.

Baca Juga: Tabrakan Kereta versus Eskavator di Iran, Sedikitnya 18 Penumpang Tewas

Amini, dikutip PortalLebak.com dari Reuters, meninggal ketika ditahan oleh polisi moral di Teheran karena "pakaian yang tidak pantas".

Banyak pengamat tidak percaya kerusuhan terus terjadi, sekarang memasuki di minggu keempat, dan hampir menggulingkan pemerintah Iran.

Protes juga menandai salah satu tantangan paling berani bagi Republik Islam sejak revolusi 1979, ada pula laporan terjadi pemogokan yang menyebar ke sektor energi vital.

Baca Juga: Pemerintah Iran Akui Militernya Salah Sasaran Merudal Pesawat Ukraina, Wapres Sebut Korban Sebagai Martir

Pihak berwenang Iran diduga melancarkan tindakan keras yang mematikan. Video di media sosial menunjukkan truk memindahkan tank hijau tua ke daerah Kurdi.

Ini meningkatkan pertaruhan dalam upaya pemberontakan, meski dmeikian, Reuters tidak dapat memverifikasi rekaman video itu.

Ketegangan sangat tinggi di wilayah Kurdi, mengingat latar belakang etnis Amini. Kelompok hak asasi manusia mengatakan minoritas Kurdi Iran lebih dari 10 juta, telah lama tertindas - tuduhan yang dibantah Republik Islam.

Baca Juga: Iran Dapat Kucuran Dana 90 Juta Dolar untuk Pemulihan Covid-19, Pengelolaannya Dipantau Penuh Bank Dunia

Kelompok hak asasi manusia Hengaw melaporkan "konflik intens" pada hari Selasa antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan.

Terjadi di tiga kota di provinsi Kurdistan: Sanandaj, Baneh dan Saqez, tempat Amini dimakamkan bulan lalu.

Para pengunjuk rasa di Saqez membakar patung anggota lokal Korps Pengawal Revolusi elit Iran, kata Hengaw.

Baca Juga: Kylian Mbappe Bubuhkan Gol Buat PSG versus Benfica, Meski Hanya Raih Hasil Imbang 1-1 di Liga Champions

Dalam rekaman video yang dibagikan di grup akun Twitter Tavsir1500 yang diikuti secara luas dari Sanandaj.

Terdengar suara tembakan dan teriakan wanita. Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi rekaman dari Hengaw atau Tasvir1500.

Setidaknya 185 orang, termasuk 19 anak di bawah umur, telah tewas, ratusan terluka dan ribuan telah ditangkap oleh pasukan keamanan, menurut kelompok hak asasi manusia.

Baca Juga: Headset Quest Pro Baru Meta Diluncurkan, Paduan Dunia Nyata dan Virtual

Pemerintah Iran mengatakan lebih dari 20 anggota pasukan keamanan telah tewas. Pihak berwenang Iran mengatakan mereka akan menyelidiki kematian warga sipil.

Mereka menyalahkan kekerasan pada serangkaian musuh, termasuk pembangkang bersenjata Kurdi Iran, dengan Pengawal Revolusi menyerang pangkalan mereka di negara tetangga Irak beberapa kali selama kerusuhan terbaru.

Menteri Dalam Negeri Iran Ahmad Vahidi mengulangi tuduhan bahwa kelompok pembangkang Kurdi Iran mendukung protes dan mengatakan pasukan keamanan akan "menetralisir upaya anti-revolusioner yang putus asa".

Baca Juga: Pabrik Tesla di Shanghai Bukukan Produksi Tertinggi Capai 83 Ribu Lebih Mobil Listrik

Sementara itu, Menteri luar negeri Prancis mengatakan pada hari Selasa lima warga negaranya ditahan di Iran.

Selanjutnya, Uni Eropa telah menyetujui aspek teknis untuk menjatuhkan sanksi terhadap Teheran, yang akan mulai berlaku minggu depan.

Prancis mengecam Iran pada 6 Oktober 2022, menuduhnya "praktik kediktatoran" dan menyandera warganya setelah sebuah video ditayangkan di mana pasangan Prancis tampaknya dituduh sebagai mata-mata.***

Editor: Dwi Christianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x