Pengembangan Minyak dan Gas Migas POD I Lapangan Hidayah, SKK Migas: Telah Disetujui Pemerintah

10 Januari 2023, 10:21 WIB
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyetujui POD I Lapangan Hidayah, yang dikelola Petronas Carigali North Madura II, melalui surat persetujuan pada 27 Desember 2022. /Foto: Handout SKK Migas/Yulianus Ladung/

 

“Ini menunjukkan bahwa jika dilakukan eksplorasi, lapangan-lapangan baru akan tetap mungkin ditemukan,"

PORTAL LEBAK – Pemerintah menyetujui rencana pengembangan pertama lapangan atau Plan of Development I (POD I) Lapangan Hidayah, di Wilayah Kerja North Madura II, Jawa Timur.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyetujui POD I Lapangan Hidayah, yang dikelola Petronas Carigali North Madura II, melalui surat persetujuan pada 27 Desember 2022.

Keputusan itu adalah jawaban atas rekomendasi yang disampaikan oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).

Baca Juga: Giat Produksi Minyak dan Gas, British Petroleum Perpanjang Kontrak Lapangan Tangguh Dengan SKK Migas

Petronas Carigali North Madura II telah menemukan cadangan usai menggelar pengeboran tiga sumur eksplorasi di kawasan tersebut.

Sumur terakhir yang dibor yakni Hidayah-1 yang meraih penemuan dengan estimasi cadangan minyak sekitar 88,55 Million Stock Tank Barrel (MMSTB).

Lapangan Hidayah berlokasi dengan jarak, 6 kilometer di utara Pulau Madura, dan diketahui di daerah ini ada beberapa lapangan migas telah terlebih dahulu beroperasi.

Baca Juga: Tingkatkan Produksi Hulu, SKK Migas dan KKKS Akan Reaktivasi 1.000 Lebih Sumur Minyak Tak Produktif

“Ini menunjukkan bahwa jika dilakukan eksplorasi, lapangan-lapangan baru akan tetap mungkin ditemukan bahkan di wilayah yang kegiatan hulu migas nya telah cukup padat,” ungkap Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto.

SKK Migas menurut Dwi, mendorong percepatan POD I Lapangan Hidayah supaya sumber daya minyak yang ditemukan bisa segera diproduksi.

“Selesainya Pengembangan Lapangan Hidayah diharapkan dapat menambah produksi minyak, sehingga diharapkan dapat berperan mengurangi impor minyak," kata Dwi.

Baca Juga: Pasokan Gas Untuk Industri Pupuk Indonesia Tahun 2023, SKK Migas: Kami Siap Penuhi

Peluang Tingkatkan Produksi Migas

"Kedepannya, tentu Lapangan Hidayah akan menjadi salah satu kontributor penting untuk mencapai target produksi minyak 1 juta barel di tahun 2030,” tambahnya.

Saat ini kondisi produksi minyak dinilai Dwi Soetrjpto, masih di bawah konsumsi, sehingga upaya mempercepat penemuan minyak supaya dapat diproduksi senantiasa jadi prioritas.

Sedangkan untuk produksi gas dari ladang migas di atas, untuk kebutuhan di dalam negeri, alhasil sisanya dapat diekspor untuk menambah devisa negara.

Baca Juga: Erupsi Gunung Semeru Masih Belanjut, Guguran Lava Panas Masih Terjadi di Puncak

Sejauh ini, perkiraan biaya yang diperlukan untuk pengembangan Lapangan Hidayah antara lain terdiri dari biaya investasi (di luar sunk cost) yang diperkirakan sekitar US$926 juta.

Biaya operasi termasuk PBB sampai lapangan hingga economic limit senilai US$1,99 milyar; serta biaya Abandonment and Site Restoration (ASR) sejumlah US$201 juta.

“Investasi masuk seperti ini adalah bukti bahwa industri hulu migas Indonesia masih menarik di mata investor. Tinggal bagaimana kita sama-sama bekerja ciptakan iklim investasi kondusif,” tegas Dwi.

Baca Juga: Gempa Magnitudo 7,5 di Maluku, BMKG Akhiri Peringatan Dini Tsunami

Persetujuan POD I Lapangan Hidayah, mengakibatkan pembangunan fasilitas produksi bisa segera dilaksanakan. Sehigga diharapkan lapangan ini mulai berproduksi (onstream) pada awal tahun 2027.

“Kami berharap seluruh pemangku kepentingan dapat memberikan dukungan sepenuhnya atas pengembangan Lapangan Hidayah sehingga kontribusi-kontribusi yang kami perkirakan tersebut dapat segera terwujud,” ujar Dwi.

Sedangkan tingkat produksi saat itu, dilansir PortalLebak.com dari keterangan tertulis SKK Migas, pada kisaran 8.973 barrel oil per day (BOPD).

Baca Juga: Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar: Persebaran Dokter Jangan Sampai Menumpuk di Kota

Lapangan Hidayah diperkirakan akan mencapai puncak produksi pada tahun 2033 dengan kisaran produksi 25.276 BOPD, diperkirakan akan aktif berproduksi selama 15 tahun (2027-2041).

Dalam kurun waktu itu, lapangan Hidayah diperkirakan akan memberikan kontribusi penerimaan Negara senilai US$2,1 milyar atau sekitar Rp31 triliun.***

Editor: Dwi Christianto

Tags

Terkini

Terpopuler